29 May 2017

PELAJARAN MENULIS DARI STEPHEN KING (BAGIAN 2)



Pada artikel sebelumnya, kita telah belajar 3 (tiga) hal dari Stephen King lewat bukunya Stephen King on Writing. Yuk kita lanjut dengan pelajaran selanjutnya.

Di dunia penulisan, para penulis terbagi dalam piramida seperti semua bidang bakat dan kreativitas manusia. Pada lapisan terbawah diisi oleh para penulis buruk, pada lapisan di atasnya adalah penulis yang jumlahnya lebih sedikit, yaitu penulis kompeten, lalu di atasnya adalah penulis yang lebih bagus lagi dan jumlahnya lebih sedikit lagi dan di tingkat paling atas adalah para penulis jenius, seperti Shakespeare, Faulkner, Yeats, Shaw dan Eudora Weltys. Kelompok paling atas ini adalah para jenius, kelompok istimewa, luar biasa berbakat dan karya - karyanya sulit dipahami bahkan sampai di tingkat mana sebagian penulis tersebut juga tidak bisa memahami diri mereka sendiri.
Ada di kelompok manakah kita? yuk simak #pelajaran 4 s/d 9 berikut.

# Pelajaran 4 “Menjadi Penulis Baik”
Tulisan yang bagus berisi hal – hal dasar seperti kosa kata, tata bahasa dan unsur – unsur gaya tulisan yang baik, kemudian memiliki kotak perkakas dengan isi yang tepat. Dan untuk menjadi penulis baik dan kompeten, maka banyak bekerja, dedikasi dan bantuan yang tepat bisa menjadi jalan untuk mencapai itu semua.
Dedikasi disini termasuk kesediaan meluangkan waktu untuk menulis setiap hari, di waktu – waktu tertentu, termasuk membaca di berbagai kesempatan, menjadi pengamat dari banyak hal dan bisa menemukan ide – ide dari semua itu.

# Pelajaran 5 “Tulislah Apa yang Kamu Sukai”
Tulislah apa yang kamu sukai, lalu tambahkan aspek kehidupan dan buatlah menjadi karya unik dengan cara mencampurnya dengan kehidupan pribadimu sendiri mengenai persahabatan, hubungan antar manusia dan pekerjaan. Para tokoh dalam novel memiliki sisi kehidupan penulis yang dimasukkan ke dalamnya. Dan dengan memasukkan sesuatu yang kita sukai, kita pahami, akan lebih mudah membuat tokoh tersebut tampak nyata.

# Pelajaran 6 “Menulis Secara Situasional”
Stephen  King mengembangkan cerita yang berangkat dari situasi yang terjadi. Misalnya dalam sebuah adegan, tokoh A yang memiliki karakter yang telah dibuat dihadapkan pada sebuah masalah. Seolah – olah pada kehidupan nyata, Stephen King membayangkan apa yang dilakukan oleh tokoh tersebut, apa yang dipikirkannya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jadi itulah yang akan dituliskan oleh Stephen King dan bukan membuat cerita terencana yang menurutnya terkesan kaku.  
      Jadi cerita itu muncul dari situasi seperti :  
  •   Bagaimana jika ada vampire – vampire menyerang desa kecil di New England ? (Salem’s Lot)
  •   Bagaimana jika seorang polisi di kota terpencil di Nevada mejadi tidak terkendali ssat marah dan mulai membunuh setiap orang yang dijumpai ? (Desperation)
  •   Bagaimana jika seorang wanita yang bekerja sebagai pembantu dicurigai sebagai pembunuh suaminya dan berhasil melarikan diri, tetapi kemudian dituduh sebagai pelaku pembunuhan yang tidak dia lakukan ? (Dolores Clairbone)
  • Bagaimana jika seorang ibu muda dan anak lelakinya terjebak dalam mobilnya yang macet, karena ada anjing gila ? (Cujo)
 Berbagai situasi semacam ini terjadi setiap hari di berbagai tempat. Berangkat dari berbagai situasi itulah, Stephen King lantas mengembangkannya menjadi karya – karyanya.

# Pelajaran 7 “Tentang Deskripsi”
Pada artikel bulan lalu, Smart Writer telah membahas tentang deskripsi. Kali ini, kita akan melihat bagaimana deskripsi menurut Stephen King.
Deskripsi adalah apa yang membuat pembaca bertindak sebagai partisipan dalam suatu cerita melalui media inderawinya.
Deskripsi yang bagus adalah keterampilan yang dipelajari melalui banyak membaca dan menulis. Deskripsi dimulai dengan visualisasi apa yang kau inginkan dialami oleh pembaca dan diakhiri dengan saat kau menerjemahkan apa yang kau lihat dalam benak ke dalam bentuk kata dan kalimat. Deskripsi yang baik tidak terlalu detil dan tidak terlalu singkat.
Cerita dengan detil yang bertele – tele, dimana penulis terseret pada kekuatan deskripsi dan kehilangan prioritas akan membuat pembaca merasa bosan dan secepatnya menutup buku atau melewati bagian deskripsi yang dibuat untuk menguatkan jalan cerita sehingga membuat hilangnya esensi dan keindahan sebuah karya.
Deskripsi bisa dibuat dengan langsung, menggunakan metafora, kiasan atau dengan puisi.
Kunci untuk deskripsi yang bagus dimulai dengan melihat secara jelas dan diakhiri dengan menulis secara jelas. Jadi deskripsi seperti mengatakan apa yang kamu lihat.

# Pelajaran 8 “Tentang Dialog”
Dalam sebuah cerita fiksi, kehadiran dialog adalah cara untuk membuat tokoh dan karakter di dalamnya menjadi nyata. Salah satu aturan penting dalam karya fiksi yang bagus adalah tidak pernah menceritakan kepada kita jika sesuatu itu bisa ditunjukkan lewat dialog. Tidak perlu selalu mendeskripsikan seorang tokoh secara detil agar pembaca mengerti bagaimana karakter tersebut, lewat dialog yang tersusun baik akan menunjukkan apakah tokoh tersebut orang yang cerdas, orang yang tidak terlalu cerdas, pemalu, introvert dan sebagainya. Dialog yang akan menguatkan cerita adalah dialog yang bisa menimbulkan gema, diingat oleh pembaca dan jujur. Tentu saja ada banyak norma dan etika dan aturan tentang bagaimana seseorang berbicara akibat latar belakang dan lingkungan yang berbeda – beda. Juga tentang batasan sopan yang berbeda – beda. Misalnya bagi suatu daerah, kata – kata tertentu memiliki arti yang tidak sopan, namun di daerah lain, itu masih dianggap wajar. Jadi penting untuk berlatih untuk terus meningkatkan kemampuan membuat dialog yang baik.
Dialog lekat dengan pengkarakteran. Pembentukan karakter itu sendiri bisa dilakukan dengan memperhatikan orang – orang di dunia nyata bertingkah laku dan  kemudian mengatakan sejujurnya apa yang kamu lihat. Tentu tidak mengambil seratus persen tentang seorang tokoh. Bisa jadi sebuah karakter adalah gabungan dari beberapa karakter. Namun kita belajar bagaimana orang – orang bertindak pada sebuah situasi maka cerita akan mengalir dan tidak kaku.
Sebuah catatan penting, bahwa ketika kita membangun dialog lewat penggambaran tokoh protagonis dan antagonis, kenyataannya dalam kehidupan ini, semua orang merasa dirinyalah tokoh protagonis dalam kehidupannya, bahwa nilai – nilai yang dia anut adalah benar dan ini penting untuk mengatakan tidak ada orang yang terlahir sebagai penjahat atau orang baik. Seseorang menjadi buruk atau baik melalui ada latar belakang penempaan yang menjadikannya demikian, sehingga latar belakang tokoh protagonis dan antagonis juga harus dijelaskan.

#Pelajaran 9 “Revisi dan Pembaca Ideal”
Tiap penulis membutuhkan waktu yang berbeda -  beda ketika menulis sebuah novel yang panjang. Bagi Stephen King sendiri, dia menganjurkan setelah kita menulis sebuah draft novel yang panjang, agar kita mengambil jeda yang panjang untuk melakukan revisi. Selama jangka waktu tersebut, kita bisa meminta pembaca ideal untuk menilai draft tersebut. Pembaca ideal adalah orang – orang pertama di sekitar kita yang memiliki pandangan objektif tentang sesuatu dan akan memberikan masukan positif alih – alih hanya sekedar mengkritik untuk menjatuhkan. Penulis yang mengetahui bagaimana selera pasar dan memiliki pembaca ideal untuk menilai draft novel mereka tentu akan lebih mudah melakukan revisi.
Jeda dalam melakukan revisi diperlukan agar kamu tidak terlalu memiliki emosi lagi ketika harus mengobrak – abrik draftmu. Sama ketika kita melihat sebuah tulisan kita yang telah lama. Atau teringat tentang kehidupan kita 10 tahun yang lalu ketika kita menghadapi sebuah masalah. Pada saat kita berpikir tentang hal tersebut dengan pemikiran kita saat ini, tentu unsur emosinya telah menurun dan kita akan memberikan pandangan yang berbeda terhadap situasi tersebut.
Setelah jeda yang panjang, baca ulang dan dan bayangkan bagaimana reaksi pembacamu pada saat membaca novel itu nantinya. Pembaca ideal bisa membantu hal tersebut. tentang bagaimana reaksinya ketika membaca draftmu. Misalnya pada suatu adegan yang harusnya mengundang tawa, ternyata pembaca idealmu tidak bereaksi sedikitpun. Atau dia malas untuk meneruskan membaca karena draftmu terlalu membosankan dan hal – hal lainnya.
Lakukan revisi sambil membenahi semua unsur termasuk hal – hal teknis, unsur – unsur intrinsik, ejaan, jalan cerita, pengaturan waktu dan semua hal agar novelmu menjadi sebuah karya yang luar biasa.

Sudah selesaikah perjalanan kita dalam menggali pelajaran dari Stephen King dalam bukunya Stephen King on Writing?
Tentu saja masih ada pelajaran lain darinya. Jadi, tunggu saja dan don’t miss it.

Risa Mutia
       


  

5 comments:

  1. Kalo baca begini rasanya paham. Kemudian muncul ide ini itu. Tapi begitu mulai nulis, blank 😁😁

    Btw makasih sharingnya kak..

    ReplyDelete
  2. nyimak tutorial sambil nunggu waktu berbuka puasa

    ReplyDelete
  3. Kece ilmunya. Thank you sharingnya mbak !

    ReplyDelete
  4. Sangat bermanfaat Mbak ulasannya.... ditunggu ulasan berikutnya ttg tips menulisnya terutama fiksi (sedang belajar sayanya).

    ReplyDelete