Pada
artikel sebelumnya, kita telah belajar 3 (tiga) hal dari Stephen King lewat bukunya
Stephen King on Writing. Yuk kita lanjut dengan pelajaran selanjutnya.
Di
dunia penulisan, para penulis terbagi dalam piramida seperti semua bidang bakat
dan kreativitas manusia. Pada lapisan terbawah diisi oleh para penulis buruk,
pada lapisan di atasnya adalah penulis yang jumlahnya lebih sedikit, yaitu
penulis kompeten, lalu di atasnya adalah penulis yang lebih bagus lagi dan
jumlahnya lebih sedikit lagi dan di tingkat paling atas adalah para penulis
jenius, seperti Shakespeare, Faulkner, Yeats, Shaw dan Eudora Weltys. Kelompok paling
atas ini adalah para jenius, kelompok istimewa, luar biasa berbakat dan karya -
karyanya sulit dipahami bahkan sampai di tingkat mana sebagian penulis tersebut
juga tidak bisa memahami diri mereka sendiri.
Ada
di kelompok manakah kita? yuk simak #pelajaran 4 s/d 9 berikut.
#
Pelajaran 4 “Menjadi Penulis Baik”
Tulisan
yang bagus berisi hal – hal dasar seperti kosa kata, tata bahasa dan unsur –
unsur gaya tulisan yang baik, kemudian memiliki kotak perkakas dengan isi yang
tepat. Dan untuk menjadi penulis baik dan kompeten, maka banyak bekerja,
dedikasi dan bantuan yang tepat bisa menjadi jalan untuk mencapai itu semua.
Dedikasi
disini termasuk kesediaan meluangkan waktu untuk menulis setiap hari, di waktu
– waktu tertentu, termasuk membaca di berbagai kesempatan, menjadi pengamat
dari banyak hal dan bisa menemukan ide – ide dari semua itu.
#
Pelajaran 5 “Tulislah Apa yang Kamu Sukai”
Tulislah
apa yang kamu sukai, lalu tambahkan aspek kehidupan dan buatlah menjadi karya
unik dengan cara mencampurnya dengan kehidupan pribadimu sendiri mengenai
persahabatan, hubungan antar manusia dan pekerjaan. Para tokoh dalam novel memiliki sisi
kehidupan penulis yang dimasukkan ke dalamnya. Dan dengan memasukkan sesuatu
yang kita sukai, kita pahami, akan lebih mudah membuat tokoh tersebut tampak
nyata.
#
Pelajaran 6 “Menulis Secara Situasional”
Stephen
King mengembangkan cerita yang berangkat
dari situasi yang terjadi. Misalnya dalam sebuah adegan, tokoh A yang memiliki
karakter yang telah dibuat dihadapkan pada sebuah masalah. Seolah – olah pada
kehidupan nyata, Stephen King membayangkan apa yang dilakukan oleh tokoh
tersebut, apa yang dipikirkannya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jadi
itulah yang akan dituliskan oleh Stephen King dan bukan membuat cerita
terencana yang menurutnya terkesan kaku.
Jadi
cerita itu muncul dari situasi seperti :
- Bagaimana jika ada vampire – vampire menyerang desa kecil di New England ? (Salem’s Lot)
- Bagaimana jika seorang polisi di kota terpencil di Nevada mejadi tidak terkendali ssat marah dan mulai membunuh setiap orang yang dijumpai ? (Desperation)
- Bagaimana jika seorang wanita yang bekerja sebagai pembantu dicurigai sebagai pembunuh suaminya dan berhasil melarikan diri, tetapi kemudian dituduh sebagai pelaku pembunuhan yang tidak dia lakukan ? (Dolores Clairbone)
- Bagaimana jika seorang ibu muda dan anak lelakinya terjebak dalam mobilnya yang macet, karena ada anjing gila ? (Cujo)
Berbagai situasi semacam ini terjadi setiap hari di berbagai tempat. Berangkat dari
berbagai situasi itulah, Stephen King lantas mengembangkannya menjadi karya –
karyanya.
#
Pelajaran 7 “Tentang Deskripsi”
Pada
artikel bulan lalu, Smart Writer
telah membahas tentang deskripsi. Kali ini, kita akan melihat bagaimana
deskripsi menurut Stephen King.
Deskripsi adalah apa yang membuat pembaca bertindak
sebagai partisipan dalam suatu cerita melalui media inderawinya.
Deskripsi yang bagus adalah keterampilan yang
dipelajari melalui banyak membaca dan menulis. Deskripsi dimulai dengan
visualisasi apa yang kau inginkan dialami oleh pembaca dan diakhiri dengan saat
kau menerjemahkan apa yang kau lihat dalam benak ke dalam bentuk kata dan
kalimat. Deskripsi yang baik tidak terlalu detil dan tidak terlalu singkat.
Cerita
dengan detil yang bertele – tele, dimana penulis terseret pada kekuatan
deskripsi dan kehilangan prioritas akan membuat pembaca merasa bosan dan
secepatnya menutup buku atau melewati bagian deskripsi yang dibuat untuk
menguatkan jalan cerita sehingga membuat hilangnya esensi dan keindahan sebuah
karya.
Deskripsi
bisa dibuat dengan langsung, menggunakan metafora, kiasan atau dengan puisi.
Kunci
untuk deskripsi yang bagus dimulai dengan melihat secara jelas dan diakhiri
dengan menulis secara jelas. Jadi deskripsi seperti mengatakan apa yang kamu
lihat.
#
Pelajaran 8 “Tentang Dialog”
Dalam
sebuah cerita fiksi, kehadiran dialog adalah cara untuk membuat tokoh dan
karakter di dalamnya menjadi nyata. Salah satu aturan penting dalam karya fiksi
yang bagus adalah tidak pernah menceritakan kepada kita jika sesuatu itu bisa
ditunjukkan lewat dialog. Tidak perlu selalu mendeskripsikan seorang tokoh
secara detil agar pembaca mengerti bagaimana karakter tersebut, lewat dialog
yang tersusun baik akan menunjukkan apakah tokoh tersebut orang yang cerdas,
orang yang tidak terlalu cerdas, pemalu, introvert
dan sebagainya. Dialog yang akan menguatkan cerita adalah dialog yang bisa
menimbulkan gema, diingat oleh pembaca dan jujur. Tentu saja ada banyak norma
dan etika dan aturan tentang bagaimana seseorang berbicara akibat latar
belakang dan lingkungan yang berbeda – beda. Juga tentang batasan sopan yang
berbeda – beda. Misalnya bagi suatu daerah, kata – kata tertentu memiliki arti
yang tidak sopan, namun di daerah lain, itu masih dianggap wajar. Jadi penting
untuk berlatih untuk terus meningkatkan kemampuan membuat dialog yang baik.
Dialog
lekat dengan pengkarakteran. Pembentukan karakter itu sendiri bisa dilakukan
dengan memperhatikan orang – orang di dunia nyata bertingkah laku dan kemudian mengatakan sejujurnya apa yang kamu
lihat. Tentu tidak mengambil seratus persen tentang seorang tokoh. Bisa jadi
sebuah karakter adalah gabungan dari beberapa karakter. Namun kita belajar
bagaimana orang – orang bertindak pada sebuah situasi maka cerita akan mengalir
dan tidak kaku.
Sebuah
catatan penting, bahwa ketika kita membangun dialog lewat penggambaran tokoh
protagonis dan antagonis, kenyataannya dalam kehidupan ini, semua orang merasa
dirinyalah tokoh protagonis dalam kehidupannya, bahwa nilai – nilai yang dia
anut adalah benar dan ini penting untuk mengatakan tidak ada orang yang
terlahir sebagai penjahat atau orang baik. Seseorang menjadi buruk atau baik melalui
ada latar belakang penempaan yang menjadikannya demikian, sehingga latar
belakang tokoh protagonis dan antagonis juga harus dijelaskan.
#Pelajaran
9 “Revisi dan Pembaca Ideal”
Tiap
penulis membutuhkan waktu yang berbeda -
beda ketika menulis sebuah novel yang panjang. Bagi Stephen King
sendiri, dia menganjurkan setelah kita menulis sebuah draft novel yang panjang,
agar kita mengambil jeda yang panjang untuk melakukan revisi. Selama jangka waktu
tersebut, kita bisa meminta pembaca ideal untuk menilai draft tersebut. Pembaca
ideal adalah orang – orang pertama di sekitar kita yang memiliki pandangan
objektif tentang sesuatu dan akan memberikan masukan positif alih – alih hanya
sekedar mengkritik untuk menjatuhkan. Penulis yang mengetahui bagaimana selera
pasar dan memiliki pembaca ideal untuk menilai draft novel mereka tentu akan
lebih mudah melakukan revisi.
Jeda
dalam melakukan revisi diperlukan agar kamu tidak terlalu memiliki emosi lagi
ketika harus mengobrak
– abrik draftmu. Sama ketika kita melihat sebuah tulisan kita yang telah lama.
Atau teringat tentang kehidupan kita 10 tahun yang lalu ketika kita menghadapi sebuah
masalah. Pada saat kita berpikir tentang hal tersebut dengan pemikiran kita
saat ini, tentu unsur emosinya telah menurun dan kita akan memberikan pandangan
yang berbeda terhadap situasi tersebut.
Setelah
jeda yang panjang, baca ulang dan dan bayangkan bagaimana reaksi pembacamu pada
saat membaca novel itu nantinya. Pembaca ideal bisa membantu hal tersebut.
tentang bagaimana reaksinya ketika membaca draftmu. Misalnya pada suatu adegan yang
harusnya mengundang tawa, ternyata pembaca idealmu tidak bereaksi sedikitpun.
Atau dia malas untuk meneruskan membaca karena draftmu terlalu membosankan dan
hal – hal lainnya.
Lakukan
revisi sambil membenahi semua unsur termasuk hal – hal teknis, unsur – unsur
intrinsik, ejaan, jalan cerita, pengaturan waktu dan semua hal agar novelmu
menjadi sebuah karya yang luar biasa.
Sudah
selesaikah perjalanan kita dalam menggali pelajaran dari Stephen King dalam
bukunya Stephen King on Writing?
Tentu
saja masih ada pelajaran lain darinya. Jadi, tunggu saja dan don’t miss it.
Risa Mutia
Kalo baca begini rasanya paham. Kemudian muncul ide ini itu. Tapi begitu mulai nulis, blank 😁😁
ReplyDeleteBtw makasih sharingnya kak..
nyimak tutorial sambil nunggu waktu berbuka puasa
ReplyDeleteKece ilmunya. Thank you sharingnya mbak !
ReplyDeleteSangat bermanfaat Mbak ulasannya.... ditunggu ulasan berikutnya ttg tips menulisnya terutama fiksi (sedang belajar sayanya).
ReplyDeleteLearning Indonesian
ReplyDeleteIndonesian Courses
Indonesian Courses
Lembaga Kursus Terbaik Indonesia
Service Center HP
Lembaga Kursus Terbaik Indonesia
Makalah Usaha Bisnisilmu konten
Makalah Elektronika