Beberapa
tahun yang lalu, saya pernah berencana mengikuti sebuah kompetisi menulis
cerita thriller yang terinspirasi
dari karya – karya Stephen King yang diadakan oleh sebuah penerbit. Salah satu
syaratnya adalah mencantumkan kupon penulisan cerita yang ada di bagian
belakang buku Stephen King on Writing.
Saat itu, saya mencari buku yang dimaksud sampai berkeliling kemana – mana,
masuk banyak toko buku tapi hasilnya nihil hingga akhirnya saya mengurungkan
niat saya. Lebih kurang setahun setelah
niat saya yang tertunda itu, saya berjalan – jalan ke salah satu tempat favorit
saya yaitu pusat penjualan buku bekas.
Kamu tahu apa yang saya temukan? Ya, buku Stephen King on Writing. Antara
terkejut dan penasaran, saya pun langsung membeli buku tersebut.
Timbul
pertanyaan dalam
benak saya, siapa sebenarnya
Stephen King?
Yang saya tahu, dia tentunya seorang penulis cerita bergenre horor, thriller dan sejenisnya. Dan pastinya
dia adalah seorang penulis hebat. Seiring waktu dan kesibukan, buku tersebut
belum sempat tersentuh kembali oleh saya hingga saya menonton film The Mist. Ceritanya yang out of the box, membuat saya masih
mengingat cerita itu dengan jelas
hingga hari ini. Dan film itu diangkat dari
salah satu novel Stephen King. Mozaik - mozaik ini kembali berkumpul sampai
akhirnya saya menyehtuh kembali buku yang saya beli, Stephen King on Writing,
sebuah memoar, pengalaman hidup, perjuangan yang memuat banyak pelajaran berharga
bagi para penulis khususnya bagi penulis novel.
Smart Writer
akan mengupas pelajaran – pelajaran berharga dari Stephen King, raja cerita horor
dan thriller yang telah menulis lebih dari 30 novel dan banyak dari karya –
karyanya telah diangkat ke layar lebar, menjadi bestseller dunia hingga hari ini padahal novel pertama karyanya yang
berhasil diterbitkan, Carrie,
diterbitkan pada tahun 1973. Selama lebih dari empat dekade, nama Stephen King tetap berkibar.
Yuk,
kita belajar langsung dari Stephen King, raja horor dan thriller dunia ini
:
#
Pelajaran 1 (diambil ketika menulis novel Carrie)
-
Tulislah karya yang
menggugah emosi
Proses menulis apalagi
menulis sebuah novel adalah sebuah proses yang panjang. Perlu ada unsur
keterikatan emosi yang intens agar ide – idemu mengalir deras. Penting ketika
Kamu membaca apa yang telah Kamu tulis, tulisanmu tersebut menggugah emosimu.
-
Buatlah tokoh dengan
karakter yang kuat
Pada awal – awal penulisan
novel Carrie, Stephen King tidak terlalu menyukai tokoh Carrie yang
diciptakannya, juga tokoh – tokoh lain yang mendukung cerita tersebut. Dalam
perjalanan penulisan novel tersebut, Stephen King akhirnya belajar bahwa
walaupun tokoh Carrie bukanlah tokoh yang menarik, tetapi dia sangat sesuai
untuk novel tersebut, dan novel Carrie yang sempat dihentikan penulisannya dan
akhirnya berkat intuisi dan dorongan dari Tabitha, istri Stephen King, akhirnya dilanjutkan kembali
dan diteruskan ke penerbit, melahirkan sesuatu yang fantastis. Stephen King
mendapatkan hak penerbitan novel senilai $400.000, di tahun 1973!
# Pelajaran 2 “Kotak Perkakas”
Suatu
ketika, Stephen King kecil membantu pamannya mengganti kasa yang rusak pada
salah satu sisi rumah. Paman Oren, demikian nama panggilan paman tersebut
membawa sebuah kotak perkakas yang berisi banyak alat - alat pertukangan.
Ketika mengganti kasa tersebut, ternyata Paman Oren hanya menggunakan sebuah
obeng. Stephen kecil bertanya mengapa dia membawa satu kotak perkakas penuh
berbagai peralatan padahal dia hanya membutuhkan satu buah obeng saja.
Paman
Oren berkata, “ Aku tidak tahu apa lagi yang akan kutemukan begitu aku sampai
di sini, iya kan? Yang paling tepat adalah membawa semua peralatan itu. Jika tidak,
kau biasanya akan menemukan sesuatu yang tidak kau harapkan dan jadi kecewa.”
Untuk
bisa menghasilkan tulisan terbaik sesuai kemampuanmu, sediakan kotak perkakasmu
sendiri dan mengerahkan seluruh tenaga agar bisa mengangkat kotak perkakas
tersebut. selanjutnya, bukan melihat bagaimana sulitnya pekerjaan tersebut,
tetapi bagaimana memilih peralatan yang tepat dan langsung mulai bekerja.
Bagi
seorang penulis, kotak perkakas bisa berarti memiliki kosa kata yang banyak,
pengetahuan tentang tata bahasa, unsur dan gaya penulisan, selanjutnya adalah
membangun kalimat dan membentuknya menjadi paragraf.
Dalam
fiksi, paragraf yang tercipta tidak terlalu terstruktur, yang penting adalah
iramanya bukan melodinya. Pengalaman
yang didapat dari banyak membaca akan membantumu unuk membangun paragraf
tanpa perlu berpikir tentang bagaimana memulai atau mengakhirinya.
Pada
akhirnya, semua peralatan dalam kotak perkakas kita akan melatih kita untuk
menulis secara luwes dengan tata bahasa yang
baik.
Menulis
itu seperti merayu. Penting menciptakan rayuan yang baik yang membuat pembacamu
mau terus membaca karya tulismu.
#
Pelajaran ketiga “Membaca”
Tahun lalu, ada sebuah artikel Smart Writer yang mengutip
kalimat dari Stephen King ini. Dan kali ini, kutipan itu kembali saya hadirkan ;
“Kalau
engkau ingin menjadi penulis, ada dua hal yang harus kau lakukan; banyak
membaca dan banyak menulis. Setahuku, tidak ada jalan lain selain dua hal ini,
dan tidak ada jalan pintas.”
Stephen King sendiri membaca
sekitar 70 – 80 fiksi pertahun. Dia membaca dimana saja, saat mengantri,
mengisi waktu luang, menunggu siswanya ujian dan dimana saja dia bisa. Stephen
King membaca bukan untuk mempelajari seninya tetapi karena dia memang senang
membaca.
Ada banyak hal yang bisa kita
dapatkan dari membaca, diantaranya :
- Ketika membaca sebuah fiksi yang buruk, maka kita akan tahu apa yang tidak boleh kita masukkan ke dalam karya kita ketika menulis.
- Sebaliknya, tulisan yang bagus mengajarkan tentang gaya tulisan, narasi yang indah, pengembangan alur cerita, penciptaan tokoh – tokoh yang meyakinkan, dan penuturan yang benar.
- Mempelajari berbagai gaya penulisan dan menciptakan gaya bahasamu sendiri sebagai karaktermu sendiri.
- Memberikan banyak informasi dan mengurangi kesalahan saat memberikan informasi dalam menulis
Membaca adalah pusat kreatifitas
kehidupan seorang penulis. Kiat agar suka membaca adalah mengajari diri sendiri
untuk menyukai membaca
sedikit demi sedikit kemudian berkembang menjadi membaca langsung dalam jangka
waktu yang lama. Belajarlah untuk fokus dan bisa menenggelamkan diri ke dalam
berbagai bacaan dalam berbagai situasi dan kondisi.
Hal yang paling penting dari
membaca adalah bahwa kegiatan tersebut menciptakan keakraban dan kemudahan dalam
proses menulis.
Pembeli buku secara umum tidak
tertarik okeh kualitas sastra sebuah novel; mereka menginginkan sebuah cerita
yang bagus untuk dibaca, sesuatu yang memikat mereka dari awal dan membuat
mereka terus asyik membalik halamannya. Hal semacam itu terjadi jika pembaca
mengenali tokoh – tokohnya, perilaku para tokoh, lingkungan sekitar dan pembicaraan mereka. Pembaca akan tertarik
jika mereka merasa akrab dan mengenal baik tokohnya dan mereka menjadi peduli
dengan nasib para tokohnya. Kepedulian ini terlihat dari keinginan mereka untuk
terus membaca sampai selesai dan terus memikirkannya bahkan setelah mereka
membaca buku tersebut berkali – kali.
See you next week
on 2nd part of Stephen King writing tips.
Don’t miss it.
Risa Mutia
Banyak baca jadi banyak tahu, banyak nulis jadi bikin ingin nulis terus
ReplyDeleteWuih, Stephen King, salah satu penulis favorit saya kak.
ReplyDeleteMakasih tips menulisnya..
aku kalau mampir ke blog ini selalu dapat ilmu baru
ReplyDelete