31 July 2020

Pemilihan Tema dalam Fiksi

Hai hai. Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas tentang penokohan yang melekat di hati pembaca. Dan kali ini kita lanjut ke bagian yang sangat penting dalam sebuah karya tulis, utamanya fiksi. Yakni pemilihan tema. Tema merupakan dasar gagasan, ide, pokok, pikiran yang dituangkan pengarang dalam karyanya, baik secara tersurat maupun tersirat. 
 

 Pengertian tema

Suatu karya fiksi harus diawali dengan gagasan yang akan dikembangkan sebagai sebuah cerita yang utuh. Begitu pula dengan ide yang akan dituangkan dalam cerita. Tema berfungsi sebagai dasar pengembangan seluruh cerita. Oleh karena itu, tema terkait dengan seluruh bagian cerita.

Tema merupakan suatu gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi. Tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya. Oleh sebab itu, tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan latar.

Untuk menemukan sebuah tema dalam sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu dari cerita walau tema sulit ditemukan secara pasti, ia bukanlah makna yang “disembunyikan”, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit.

Sedangkan menurut beberapa ahli, berikut pengertian tema :

Keraf : tema merupakan suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis lewat karangan atau pun karya sastranya.

Aminuddin : tema adalah ide yang melandasi suatu cerita diperankan, serta sebagai pangkal tolak pengarang dalam aktivitas pemaparan karya fiksi yang dibuatnya.

Mido : tema adalah persoalan yang berhasil menempati tempat utama dalam cerita rekaan dan bukan di dalam pikiran pengarangnya saja.

Stanton dan Jenny C: tema merupakan makna yang terkandung di dalam sebuah cerita yang ada dalam karya sastra.

Kamus Istilah Pengetahuan Populer : tema merupakan persoalan atau pun pokok pikiran yang dijabarkan di dalam suatu karangan, isi dari sebuah ciptaan.

Ensiklopedi Sastra Indonesia : tema adalah setiap gagasan, ide pokok, atau pun pokok persoalan yang digunakan sebagai dasar / landasan pembuatan cerita.

 Seperti kita ketahui, fiksi memiliki ruang lingkup yang lebih luas, penafsiran yang juga luas. Adanya unsur latar belakang waktu, misalnya penggunaan alur maju, mundur atau gabungan. Hal ini membuat pemilihan tema dalam karya tulis ini jauh lebih luas.

 Sementara dalam sebuah karya tulis non fiksi, pemilihan tema akan lebih pasti.

Saya ambil contoh ya. Misalnya saja, kita ingin menulis tema parenting. Lalu kita bisa berangkat dari masalah apa yang saat ini sedang banyak dihadapi para orang tua. Katakanlah menyiasati berbagai perubahan life style akibat pandemi. Dari mulai orang tua yang harus menjadi guru di rumah. Sementara di sisi lain orang tua juga harus tetap melaksanakan tugas utamanya. Belum lagi jika terjadi penurunan penghasilan. Hal-hal ini memunculkan istilah, anak daring, emaknya darting (darah tinggi). Beberapa masalah ini selanjutnya kita buat dalam poin per poin dalam sebuah outline.

 

Selanjutnya setelah outline jadi, kita tinggal mengembangkan bab dan sub bab menjadi penjelasan yang dilengkapi dasar ilmiah, referensi yang jelas dan solusi bagi setiap permasalahan yang terjadi.

Baca : 6 Tips Membuat Bab dan Sub Bab yang Menarik pada Non Fiksi

Dalam karya fiksi, tentunya kita juga berangkat dari sebuah tema besar. Hanya saja untuk mengembangkannya menjadi sebuah tulisan (buku) yang memiliki ciri khas dan diferensiasi bukanlah perkara yang mudah. Apalagi kita akan menulis dalam jangka waktu yang cukup panjang. Artinya kita harus berinteraksi dengan tema yang kita pilih dalam waktu lama. Bayangkan jika kita tak mengenal tema tersebut dengan baik. Bagaimana bisa tercipta sebuah karya yang harmonis jika penulis dengan tema yang ditulisnya tidak memiliki ikatan yang kuat.

Saya pernah ditanyai oleh seorang teman di salah satu grup Whatsapp yang saya ikuti. Dia bertanya tentang proses penerbitan buku. Terutama tentang tema yang dipilih. Teman saya ini adalah penulis buku dengan tema yang tidak populer. Dalam artian, buku yang bersegmentasi terbatas. Sehingga walaupun buku yang pernah ditulisnya memiliki kajian yang dalam, buku tersebut kurang laku di pasaran.

 Memilih tema untuk sebuah buku memang memiliki beberapa sisi yang harus kita pertimbangkan. Beberapa pertanyaan mendasar yang bisa kita tanyakan kepada diri kita sendiri diantaranya :        

  • Apakah kita menguasai tema tersebut

Penguasaan tema dalam sebuah karya tulis memegang peranan yang penting. Penguasaan tema ini akan sangat terasa ketika pembaca membaca buku kita. Pembaca akan lebih menyukai penulis yang menguasai tema yang ditulisnya. Pembaca akan lebih mempercayai sesuatu yang memang ditulis oleh ahlinya.

Seperti buku kumpulan resep yang ditulis oleh seorang chef. Tentu akan lebih dipilih daripada buku kumpulan resep yang ditulis oleh seorang desainer pakaian walaupun tak menutup kemungkinan desainer pakaian tersebut memang jago memasak.

Penguasaan tema juga mempercepat kita dalam menulis dan menemukan hal-hal yang dibutuhkan dalam penulisan karya tulis tersebut. Tetapi manakala kita “harus” menulis sebuah karya tulis, katakanlah saat kita ingin mengikuti sebuah lomba. Tetapi kita tak menguasai tema tersebut.

Hal yang bisa kita lakukan tentu mempelajari dan buat diri kita nyaman dengan tema tersebut. Tentunya setelah mempelajari, kita bisa menemukan sesuatu yang sesuai dengan passion kita. Karena dalam sebuah tema yang cukup luas, ada ruang-ruang dimana kita bisa menemukan hal yang menjadi bidang kita.

Saya ambil contoh ya.

Tema besar yang ingin kita tulis bertajuk tentang “kuliner”. Misalkan kita adalah seorang pemilik usaha kuliner, atau menyukai dunia kuliner, tentunya hal tersebut merupakan nilai plus. Tetapi bagaimana jika kita tidak memiliki latar belakang keduanya. Katakanlah kita menyukai dunia misteri dan detektif.

Maka tema tengah yang bisa kita ambil adalah tentang misteri pembunuhan chef-chef terkenal di sebuah kota. Ini merupakan tema besarnya. Kita lanjutkan ke tema kecil atau minor tentang seorang chef yang sangat memahami dunia kuliner dengan baik, hingga ke seluk-beluk dan detil terkecil tentang dunia kuliner. Akibat suatu kecelakaan, chef tersebut kehilangan indera penciumannya. Hal yang membuatnya sulit merasakan sensasi kebahagiaan dari aktivitas memasaknya.

Dia tak menerima hal tersebut. dalam keterpurukan dan depresinya, ia menginginkan orang lain merasakan penderitaan yang ia rasakan. Maka ia pun melakukan pembunuhan berantai kepada semua rekan-rekannya.

Dunia kuliner yang dibalut misteri. Tinggal bagaimana kita menjalin benang merah yang halus sehingga tema kuliner tetap menajdi porsi besar dalam cerita ini.

  •  Apakah tema tersebut akan disukai oleh pembaca secara umum atau dalam kalangan terbatas

Selanjutnya adalah memperkirakan apakah tema tersebut akan disukai atau tidak. Hal ini tentunya berkaitan dengan segmen pasar yang akan kita tuju. Hal lain yang harus diperhatikan adalah isu-isu terkini. Termasuk pula tren yang sedang diminati.

Beberapa hal ini bisa jadi pertimbangan terutama dalam mengembangkan tema minor dari sebuah tema mayor. Dengan memahami keinginan pembaca berdasarkan analisis tren kesukaan calon pembaca yang kita sasar maka akan lebih mudah menentukan tema besar yang akan kita garap.

Tetapi saat kita menulis untuk pembaca tersegmentasi, maka tema kita bisa dikerucutkan berdasarkan kesamaan kecenderungan yang disukai pembaca kita.

Misal kita menulis untuk segmentasi remaja penyuka drakor. Maka kita bisa mengangkat tema kisah remaja di sekolah menengah atas yang tergila-gila dengan penyanyi K-Pop idolanya hingga rela melakukan banyak hal demi bisa berjumpa dengan idolanya tersebut.

 

  •   Apa tujuan kita menulis buku tersebut

Ada banyak alasan seorang penulis menulis sebuah  buku. Menulis untuk berbagi kebaikan, menginspirasi, memotivasi, mengangkat kekayaan budaya suatu daerah, bentuk kontribusi bagi budaya yang dimiliki hingga berbagai alasan lainnya. Bisa pula karena ingin mendapatkan penghasilan atau mengikuti lomba dan lain sebagainya.

Alasan ini bisa mempengaruhi tema yang dipilih. Jadi tanyakan dulu pada diri sendiri apa alasan kita menulis sehingga tema yang dipilih pun akan menyesuaikan.

  •  Bagaimana kita menerbitkan buku tersebut

Tidak semua penerbit akan menerbitkan segala jenis tema buku. Penting untuk memilih penerbit berdasarkan tema yang kita pilih ketika akan menulis sebuah buku.

Kita juga bisa berangkat dari pemilihan penerbit ini. Misalnya apakah akan diterbitkan dalam bentuk buku cetak atau buku digital atau dalam bentuk platform digital. Perhatikan tema besar yang diusung dari penerbit tersebut dan kita bisa memilih tema yang sesuai dengan jal yang kita kuasai dan kita sukai.

  •  Apakah buku tersebut berpeluang laku di pasaran, bahkan hingga mencetak bestseller

Hal ini tentunya menjadi harapan bagi semua penulis. Makin banyak yang membaca tulisan yang kita buat, maka semakin dekatlah kita dengan tujuan utama yang ingin kita capai.

Untuk itu, pastikan kita mempelajari tema-tema buku bestseller, bisakah kita memproduksi buku semacam itu dengan diferensiasi dan kekhasan yang kita miliki hingga semua hal pendukungnya. Jika kita memang mampu, mengapa tidak kita coba. Siapa pun tidak akan pernah tahu jika tak pernah mencobanya kan.

 

  •  Berapa lama perkiraan waktu penulisan

Memiliki target waktu penulisan tentu hal yang dibutuhkan selanjutnya. Seperti yang kita ketahui, interaksi yang lama akan kita jalin dengan buku yang akan kita tulis. Maka sebelum terjun untuk menulis dan menulis target waktu pengerjaan, pastikan kita mengenal dengan baik tema yang akan tulis.

  •  Data, buku, riset dan referensi yang dibutuhkan

Selanjutnya adalah referensi pendukung yang kita butuhkan. Kita bisa membaca dulu sebelum menulis atau melakukan pengamatan untuk menciptakan tokoh-tokoh yang akan menjalani perannya dalam buku yang kita tulis.

Maka penting untuk memiliki referensi yang cukup sebelum mulai menuangkan tema besar menjadi tema-tema kecul dalam karya tulis yang akan kita tulis.

 Beberapa pilihan tema yang umum dipakai dalam karya tulis fiksi

 Klasik dan tidak klasik

Contoh-contoh tema klasik yang umum kita kenal seperti : kejahatan bagaimanapun bentuknya pada akhirnya akan kalah dengan kebaikan, cinta tak harus bersatu, cinta membutuhkan pengorbanan.

Contoh-contoh tema yang tidak klasik diantaranya tentang perjalanan seorang backpacker demi mewujudkan impiannya keliling eropa.

 Menurut Shipley

Menurut Shipley, tema dapat dibedakan menjadi lima jenis tema, yaitu :

·           Tema Jasmaniah

Tema jasmaniah merupakan tema yang berhubungan atau pun terfokus pada permasalahan kondisi fisik manusia. Model tema ini biasanya menyangkut beberapa hal yang ada di dalam tubuh manusia seperti molekul, jasad, perasaan, tubuh, dan zat. Beberapa contoh tema yang jasmaniah adalah mengenai perasaan cinta.


·           Tema Sosial

Tema sosial merupakan tema yang berkaitan erat dengan berbagai macam hal yang berbau urusan sosial. Dalam tema ini, pengarang cerita biasanya menjelaskan berbagai macam hal yang berkaitan dengan urusan kehidupan masyarakat, interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya, permasalahan sosial, dan berbagai macam tema lainnya.


·           Tema Ketuhanan

Tema Ketuhanan merupakan tema yang berkaitan erat dengan kekuasaan Tuhan yang tampak dalam setiap aktivitas manusia. Model tema ini biasanya dijabarkan oleh pengarang cerita dengan menunjukkan berbagai macam hal – hal magis yang berada di luar akal manusia seperti kejadian kiamat, keajaiban penyembuhan penyakit, dan berbagai macam tema lainnya.


·           Tema Organik

Tema organik merupakan tema yang mencakup berbagai macam hal yang berhubungan erat dengan moral dasar manusia seperti hubungan antar pria dan wanita, nasihat, dan berbagai macam tema lainnya.


·           Tema Egoik

Tema egoik merupakan tema yang berkaitan erat dengan sifat ego manusia. dalam tema ini, pengarang cerita biasanya menonjolkan tema dengan berbagai macam bentuk cerita seperti keserakahan atau pun ketamakan manusia.

 

Tema Mayor dan Tema Minor

Tema tidak hanya bersifat tunggal dalam sebuah novel. Disamping tema utama, tidak jarang kita juga menemui tema sampingan alias tema minor. Untuk menentukan tema tersebut maka diperlukan aktifitas mengindentifikasi, memilih, mempertimbangkan dan menilai diantara sejumlah makna yang akan ditafsirkan. Makna mayor harus terdapat disiratkan pada keseluruhan cerita, bukan hanya sebagian saja (makna minor). Makna ini harus dapat dibuktikan terdapat pada karya tersebut (bukan ngawur) dan terlihat dominan. Makna minor harus terlihat mendukung atau mendukung keberadaan makna mayor.

Stanton (1965:22-23) memberikan kriteria agar dapat menafsirkan karya fiksi sebagai berikut:

  1.     Penafsiran harus memperhatikan detil cerita

Ini adalah bagian yang melelahkan dalam menafsirkan sebuah tema, apalagi jika novel tersebut panjang. Namun biasanya dapat disiasati dengan memperhatikan konflik utama. Pada konflik utama biasanya sering tergambar tema utama dalam karya tersebut.


2.     Penafsiran tidak boleh bertentangan dengan detil cerita

     Alangkah anehnya suatu novel jika masing-masing detilnya bertentangan satu sama lain. Sebagai media penyampaian pikiran penulis harusnya hal demikian tidak terjadi, sehingga pada saat menarik kesimpulan sebuah tema kita harus memastikan kesimpulan tersebut tidak bertentangan dengan bagian-bagian cerita yang lain.


3.     Penafsiran tidak boleh mendasarkan diri pada hal yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Semua harus ada penjelasannya. Dalam arti lain harus ada bukti empiris.


4.     Penafsiran harus berdasarkan bukti-bukti baik yang dinyatakan secara langsung maupun yang disarankan dalam cerita.
Penafsiran harus terdapat dalam kata, alinea, dialog maupun penafsiran dari tulisan dalam novel tersebut yang sekiranya mencerminkan tema yang sedang ditafsir. Kriteria ke-4 ini adalah penjelas dari kriteria ke-3 diatas.

 

Sudah memilih tema untuk karya tulis fiksi yang akan kamu tulis selanjutnya?

Semangat terus ya. Selamat menulis.

 

Sumber :

researchgate.net

pengertiandefinisi.com

freepik.com

11 comments:

  1. fiksi memiliki ruang lingkup yang lebih luas ... harus cerdas mengolahnya, harus tahu resep menulis fiksi. Dan tulisan ini memberikan resep yang jitu.

    ReplyDelete
  2. Membaca ini aku jadi teringat sama salah satu lomba dari kementerian yang akan aku ikuti, Mbak. Aku jadi ngaca sendiri, apakah aku benar-benar menguasai temanya? Karena sampai hari ini, mendekati deadline, tulisanku nggak nambah-nambah.

    ReplyDelete
  3. saya sering takjub dengan blogger yang mengikuti lomba dan juara, pas lihat tulisannya ternyata benar2 menguasai tema yang dilombakan, sampai ada riset2nya segala

    ReplyDelete
  4. aawww.. aku belum pernah nulis cerita fiksi..
    sulit bagiku.. terutama saat menentukan outline nya.. pun, membahasnya juga harus mendalam yaa.. kereen emang penulis-penuis fiksi tuh menurutku. bisa merangkai cerita sebegitu bagus.

    ReplyDelete
  5. Menguasai tema memang penting ya, tulisan jadi mengalir, lancar dan enak dibaca.
    Duh, aku masih susah kalo menulis fiksi, rasanya kok yang kutulis klise melulu, tidak menarik :)

    ReplyDelete
  6. Belum pernah bikin tulisan fiksi yang panjang. Dulu pernah beberapa kali biki flash fiction aja. itu pun udah lama banget.

    salut deh buat para penulis...

    ReplyDelete
  7. Untuk menghasilkan tulisan yang bagus memang harus dilakukan riset terlebih dahulu supaya alurnya tetap masuk akal

    ReplyDelete
  8. Keren banget, kaka...
    Karyanya sudah banyak dan di tulisan ini dijelaskan satu per-satu langkahnya.
    Sukses selalu, kak Riawani.

    ReplyDelete
  9. Wuih keren nih tulisannya. Kudu pelan-pelan nih aku bacanya. Kudu per subjudul aku pelajarinya. Bookmark ah. Kepengen banget bisa nulis fiksi kayak Mbak Riawani. 😁

    ReplyDelete
  10. Saya belum bisa nulis fiksi. Belum2 sudah merasa mati gaya dan nggak ada bakat 😅

    ReplyDelete
  11. Aku belum pernah nulis fiksi juga mbaaa dan kayaknya nikmati ajaaa deh hehehe

    ReplyDelete