Kehadiran tokoh antagonis dalam sebuah cerita memberikan warna tersendiri yang membuat cerita menjadi seru. Tentu saja ada cerita yang tidak menghadirkan tokoh antagonis. Tetapi, kehadiran tokoh ini akan memberikan sentuhan yang istimewa, mendukung karakter utama dan saat berhasil melekat dalam ingatan pembaca, akan menjadi sebuah poin tersendiri.
Masih ingat tokoh Severus Snape dalam Harry Potter? Di beberapa novel awal, kehadiran Snape membuat langkah Harry Potter dan teman-temannya menjadi terganggu. Ditambah lagi bahwa Snape “dianggap membunuh” Dumbledore, sang kepala sekolah. Namun semua rahasia terkuak di ending cerita yang mengejutkan.
Baca : Tips Membangun Penokohan Yang Berkesan di Hati Pembaca
Ada pula tokoh Bellatrix Lestrange yang di versi filmnya diperankan dengan sangat baik oleh aktris peraih berbagai penghargaan, Helena Bonham Carter yang juga bermain di banyak film dengan peran yang beragam. Bagaimana Bellatrik tertawa seperti orang gila saat menghilangkan sepupunya sendiri yang menjadi wali Harry Potter, Sirius Black hingga mata kagum penuh penghambaan yang ditunjukkannya manakala menatap Voldemort, seteru utama Harry Potter.
Tokoh ini walaupun bukan menjadi tokoh antagonis utama, tetapi kehadirannya berhasil mencuri atensi dari penggemar novel Harry Potter di seluruh dunia. Kecintaannya pada apa yang diyakininya telah membuatnya menjadi tokoh antagonis yang sempurna.
Contoh lain adalah tokoh Patrick Bateman (diperankan oleh Christian Bale) dalam American Psycho. Film yang rilis pada tahun 2000 ini diangkat dari novel karangan Bret Easton Ellis yang terbit pada tahun 1991. Bateman merupakan seorang eksekutif muda dengan kekayaan berlimpah. Dia memiliki kehidupan yang banyak diimpikan oleh pria seusianya. Kehidupan yang nyaris sempurna. Tetapi di balik semua itu, dia adalah psikopat yang tega menghabisi nyawa korbannya dengan sadis. Film ini pun sukses meraih pendapatan hampir lima kali lipat dari anggarannya.
Ada pula Hannibal Lecter dalam Silence of The Lambs. Film ini juga diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Thomas Harris . Dalam film yang tayang di tahun 1991 ini, aktor senior Anthony Hopkins memerankan tokoh Lecter dengan sangat baik. Beradu akting dengan Jodie Foster yang berperan sebagai seorang agen FBI bernama Clarice Starling, film ini sukses meraih lima penghargaan di ajang penghargaan film Oscar tahun 1992 untuk kategori naskah adaptasi terbaik, sutradara terbaik, aktor pemeran utama terbaik, aktris pemeran utama terbaik, dan film terbaik. Bagaimana tokoh Lecter berhasil menanamkan ketakutan di diri penonton bahkan bertahun-tahun setelahnya.
Hingga tokoh antagonis terepik era millenial, siapa lagi kalau bukan Joker, sang musuh Batman, yang saking epiknya, hingga diangkat menjadi sebuah filmnya sendiri.
Tokoh-tokoh antagonis ini, semakin kompleks, semakin penuh misteri yang melingkupinya, ditambah latar belakang yang membuat kita berpikir dan bertanya-tanya hingga membuat tokoh protagonis kita kesulitan dalam pencapaian tujuan kebaikannya, maka cerita akan semakin menarik.
Baca : Tips Menyusun Konflik Novel
Nah, untuk menghadirkan tokoh antagonis yang tak lekang oleh waktu dalam novelmu, berikut tips-tipsnya :
1. Hadirkan tokoh yang kompleks
Pada dasarnya, setiap tindakan merupakan hasil dari pemikiran dan strategi yang telah direncanakan. Demikian pula dengan tokoh antagonis. Dalam sebuah cerita, konflik yang terjadi utamanya adalah antara tokoh protagonis utama melawan tokoh antagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya.
Semakin kompleks dan rumit konflik yang terjadi, menunjukkan bahwa tokoh antagonis yang kita hadirkan merupakan tantangan berat yang harus dilewati dan dihadapi oleh tokoh protagonis utama untuk mencapai tujuannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, tokoh antagonis merupakan perlambang dari segala sesuatu yang menahan kita dari tujuan utama kita. Mereka bisa hadir dari lingkungan dan teman-teman yang tak mendukung, ujian hidup bertubi-tubi, orang-orang yang tak menyukai keberhasilan kita dan masih banyak lagi.
Hal ini bisa dimasukkan ke dalam tokoh antagonis yang kita buat. Buatlah tokoh antagonis yang kompleks, tidak sederhana, dengan kehidupan yang sempurna, sehingga banyak tokoh-tokoh lainnya yang tergiur untuk membantu tokoh antagonis ini, tentunya dengan imbalan kekuasaan hingga materi. Dimana hal ini pun mewakili tentang ambisi manusia akan materi dan kekuasaan di dunia.
2. Berikan unsur kekuatan yang sulit ditaklukkan oleh tokoh protagonis
Semakin besar tantangan yang harus dilewati atau dihadapi oleh tokoh protagonis dalam “melawan” tokoh antagonis, akan menghadirkan kekuatan cerita yang menarik. Hadirkan tokoh antagonis yang memiliki kekuasaan, kemampuan untuk menghancurkan tokoh protagonis dengan mudah hingga memiliki senjata-senjata rahasia yang ‘terlihat’ tak terkalahkan.
Menghadirkan tokoh antagonis yang terkesan mudah ditaklukkan justru membuat tokoh protagonis yang kita miliki menjadi tokoh yang biasa-biasa saja. Ibaratkanlah tokoh antagonis sebagai ujian besar bagi tokoh protagonis kita. Semakin besar dan berat perjuangannya, makin tersampaikan pesan moral bahwa dalam kehidupan, bagaimanapun kondisi kita, seberat apapun ujian hidup kita, kita bisa melewatinya. Hal ini mampu mewakili kehidupan banyak penonton sehingga menjadi dekat dengan cerita yang kita tulis. Cerita yang dekat dengan kehidupan biasanya banyak disukai.
3. Beri latar belakang mengapa tokoh antagonis menjadi jahat
Selalu ada alasan mengapa seseorang memilih menjadi penjahat. Seseorang tidak serta-merta lahir dan langsung bercita-cita menjadi jahat. Cerita sederhana dengan tokoh antagonis, katakanlah seorang ibu tiri yang menikahi seorang pria kaya lalu melakukan tindakan jahat kepada anak tirinya seperti cerita Cinderella memang cukup menarik. Tetapi andaikan tokoh ibu tiri ini diceritakan memiliki latar belakang mengapa ia melakukan hal tersebut, katakanlah memiliki masa lalu yang buruk, trauma masa kecil, hal-hal buruk yang menjadikannya seorang psikopat, tuntutan untuk menjadi selalu sempurna sehingga menjadikannya depresi dan melampiaskannya kepada orang-orang, bisa menjadikan tokoh antagonis ini semakin menarik.
Terdapat pesan moral yang tentunya selalu ingin kita sampaikan, bahwa seberat apapun latar belakang seseorang, kita tetap bisa memilih untuk menjadi orang baik. Diantaranya dengan menampilkan ending yang tragis bagi tokoh antagonis kita. Misalnya, membuatnya kehilangan ingatan seperti pada serial korea Missing You.
4. Tampilkan tokoh antagonis yang rapi dan "tak terlihat" kejahatannya
Tokoh antagonis tak selalu tampil dengan alis mata melintang ke atas atau mata melotot ketika berbicara dengan lawan mainnya. Atau yang berbicara berteriak-teriak, marah-marah atau mengancam. Tokoh antagonis juga bisa lembut tetapi mengintimidasi. Atau terlihat lemah tetapi penuh strategi.
Kita juga bisa menghadirkan tokoh antagonis yang elegan, rapi, memiliki kehidupan yang nyaris sempurna, sehingga membuat kita makin gregetan. Mengapa dengan kehidupan yang sempurna, tokoh antagonis ini malah justru melakukan sesuatu yang berkebalikan. Mengapa ia tak bersyukur dan malah ingin menghancurkan. Disinilah letak menariknya cerita yang kita tulis.
5. Berikan tokoh-tokoh abu-abu di sekitarnya untuk menguatkan cerita
Untuk membuat cerita semakin menarik dan tokoh antagonis kita semakin kuat, maka berikan tokoh-tokoh antagonis tambahan di sekitarnya. Bahkan kita bisa membuat mereka bisa saja seolah ‘membantu’ tokoh protagonis dan menghadirkan kebingungan pada diri pembaca.
Hal ini akan membuat tokoh antagonis kita semakin kuat dengan bantuan tokoh antagonis pembantu sehingga semakin sulit ditaklukkan. Tokoh-tokoh pembantu dengan ‘pakaian’ yang sulit dikenali ini juga akan menambah kompleks konflik yang terjadi. Pada akhirnya peperangan besar sebagai puncak konflik menjadi sesuatu yang membangkitkan rasa penasaran pembaca untuk terus membaca novel yang kita tulis.
Menulis sebuah cerita dan menghadirkan tokoh-tokoh di dalamnya ibarat membangun sebuah dunia lengkap dengan orang-orang di dalamnya. Orang-orang yang mewakili banyak hal yang terjadi di kehidupan kita. Walaupun kita menulis dengan menambahkan unsur fantasi atau khayalan di dalamnya, tetap saja karakter-karakter seperti orang yang haus kekuasaan, menginginkan kehidupan yang berkelimpahan, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tetap ada. Ditambah hal-hal seperti kekecewaan masa lalu, latar belakang yang buruk, trauma masa kecil dan lain sebagainya. Sifat-sifat inilah yang dapat kita hadirkan melalui tokoh antagonis kita.
Hadirkan tokoh antagonis yang “sempurna”, kompleks dan penuh kejutan. Ditambah konflik dan ending yang menarik. Serta berikan rahasia-rahasia yang membuat pembaca penasaran. Keseluruhan ramuan ini akan membuat pembacamu ketagihan untuk terus “menyantap” tulisan yang kamu buat.
Selamat menulis ya.
Riawani Elyta
Risa Mutia
Sumber :
bbc.com
cnnindonesia.com
uzone.id
seva.id
vulture.com
wizardingworld.com
No comments:
Post a Comment