Harry Potter, Sherlock Holmes,
Hercule Poirot, Robert Langdon, James Bond, Jack Sparrow, Bella Swan, Prodo. Siapa
yang tak mengenal tokoh-tokoh ini? Saking terkenalnya, bahkan judul novel
mereka atau sang penulis sendiri bisa jadi tak seterkenal tokoh-tokoh ini.
Hal ini membuat kita makin
menyadari bahwa “Penokohan” merupakan sebuah hal penting dalam sebuah karya
tulis fiksi terutama novel dan serial yang memiliki durasi panjang. Membangun
penokohan yang bisa diingat dan membekas di hati pembaca sangat
berpotensi menjadikan sebuah karya tidak hanya disukai tetapi juga bestseller.
Fiksi sendiri merupakan
salah satu bentuk karya yang kreatif. Jadi bagaimana penulis mewujudkan dan
mengembangkan tokoh-tokoh ceritanya pun tidak lepas dari kebebasan
kreatifitasnya. Fiksi menawarkan model kehidupan seperti yang disikapi dan
dialami oleh tokoh-tokoh cerita sesuai dengan pandangan penulis terhadap
kehidupan itu sendiri.
Oleh karenanya,
penulis sengaja menciptakan dunia dalam fiksi. Seorang penulis mempunyai
kebebasan penuh untuk menampilkan tokoh-tokoh cerita sesuai dengan seleranya. Siapapun
orangnya, apapun status sosialnya, bagaimana pun perwatakannya, dan permasalahan
apapun yang dihadapinya. Singkatnya, penulis berhak mengarang tokoh cerita yang
mungkin sama sekali berbeda dengan dunianya sendiri di dunia nyata.
Perbedaan tokoh dan penokohan
Kita mengenal tokoh dan
penokohan. Keduanya dekat tapi tak sama. Tokoh menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165) merupakan orang-orang yang ditampilkan
dalam suatu karya naratif atau drama, memiliki kualitas moral dan
kecenderungan-kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan
dilakukan dalam tindakan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa
tokoh cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu
sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh tidak
hanya manusia. Hewan, makhluk, atau benda juga bisa menjadi
tokoh dalam sebuah cerita. Melalui tokoh inilah, penulis melakukan tindakan dan
berbicara, menggerakkan cerita sepanjang alur cerita.
Sedangkan
penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan
lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya,
keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Dengan kata lain, penyajian watak
tokoh dan penciptaan citra tokoh inilah yang disebut penokohan. Penokohan
berkaitan dengan cara penulis menentukan dan memilih tokoh-tokohnya serta
memberi nama tokoh tersebut, sedangkan perwatakan berhubungan dengan bagaimana
watak tokoh-tokoh tersebut.
Fungsi utama tokoh dalam cerita adalah untuk memperluas atau
memperpanjang plot, membuatnya mudah dibaca dan menarik. Banyak cerita
menggunakan banyak karakter, dan setiap cerita memiliki karakter utama yang
sangat mempengaruhi alur cerita.
Baca : 8 Tips Menulis Cepat
Tokoh utama dapat berupa protagonis, antagonis, dinamis, statis, datar,
atau bulat. Pembaca merasa bahwa karakter yang diberikan dalam karya sastra
ada, dan mereka senang membaca tokoh dan tindakan mereka yang nyata dan hidup.
Penokohan
ini masuk ke dalam unsur intrinsik selain tema,
sudut pandang, amanat, alur dan latar/setting. Secara umum, tokoh dalam
cerita bisa dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan peranannya dalam suatu
cerita, yaitu :
1.
Tokoh protagonis
Merupakan tokoh
yang mendukung cerita. Bisa ada beberapa tokoh protagonis dalam sebuah cerita, dimana
ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu tokoh lain yang
terlibat dalam cerita. Tokoh ini biasanya memiliki karakter yang baik. Contohnya : Harry Potter dalam novel seri Harry Potter .
2.
Tokoh antagonis
Merupakan tokoh penentang cerita. Bisa berjumlah lebih
dari satu. Biasanya tokoh ini tidak disukai oleh pembaca.
Contohnya : Voldemort dalam novel seri Harry Potter
- Deutragonis
Merupakan tokoh yang berpihak pada tokoh utama. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh tokoh protaganis.
Contohnya : Hermione Granger dan Ron Weasley dalam
novel seri Harry Potter
- Foil
Merupakan tokoh yang berpihak kepada tokoh lawan tokoh
utama.
Contohnya : Lucius Malfoy dalam novel seri Harry Potter
- Tetragonis
Tetragonis adalah tokoh yang tidak memihak kepada
salah satu tokoh lain.
- Compiden
Merupakan tokoh yang menjadi tokoh pengutaraan tokoh
utama.
- Reisonneur
Merupakan tokoh yang menjadi
corong bicara pengarang.
- Yuticiling
Merupakan tokoh pembantu, baik tokoh hitam maupun tokoh putih.
Selain
kedelapan jenis tokoh di atas, ada pula yang membagi tokoh-tokoh dalam sebuah
cerita dengan tambahan :
- Tokoh Bulat
Merupakan
tokoh yang berkembang dengan baik dan kompleks dalam sebuah cerita. Mereka
lebih realistis, dan menunjukkan kedalaman kepribadian mereka. Mereka dapat
membuat keputusan yang mengejutkan atau membingungkan, dan menarik perhatian
pembaca. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi mereka, dan tokoh bulat
bereaksi terhadap faktor-faktor tersebut secara realistis.
- Tokoh datar
Merupakan
tokoh yang tidak berubah selama cerita. Juga, dia biasanya hanya mengungkapkan
satu atau dua ciri kepribadian.
- Tokoh stok
Merupakan
karakter yang langsung dikenali oleh pembaca. Seperti karakter yang datar,
karakter ini tidak mengalami perkembangan apa pun di sepanjang cerita.
Selanjutnya
kita masuk ke bagian teknik untuk menggambarkan sifat
atau karakter tokoh dimana penulis sering menggunakan dua teknik yaitu :
- Teknik analitik atau naratif dimana karakter/sifat tokoh cerita diceritakan secara langsung oleh penulis melalui uraian, deskripsi atau penjelasan.
Tokoh akan
dihadirkan ke hadapan pembaca dengan sederhana dan ekonomis. Hal ini membuat
pembaca biasanya akan lebih memperhatikan jalan cerita dan plot. Teknik ini
biasanya memperkecil potensi kesalahpahaman pembaca.
Jika penulis
menggunakan teknik ini, yang dibutuhkan adalah konsistensi karakter tersebut
hingga akhir cerita. Disini pembaca biasanya tidak ikut aktif memikirkan
karakter-karakter dalam cerita tersebut.
Contoh :
Anna, gadis 17
tahun yang sangat menarik. Dengan tubuh setinggi 170 sentimeter, alis mata
tebal, pipi putih kemerahan, rambut lurus sepinggang dan mata yang besar dengan
komposisi yang sangat seimbang. Anna
selalu bisa membuat siswa-siswa di sekolahnya melirik manakala ia berjalan di
dekat mereka.
Sayangnya ada
sisi diri Anna yang tidak diketahui kebanyakan teman-temannya. Anna bisa
menjadi pribadi yang hangat dan menyenangkan. Tetapi di lain waktu, dia akan
dengan mudahnya meledak dan meluapkan emosinya dengan benda-benda yang ada di
sekitarnya. Tidak terhitung berapa gelas atau piring yang menjadi korbannya.
- Teknik dramatik, dimana karakter/sifat tokoh dikemukakan melalui penggambaran tertentu, misalnya fisik dan perilaku tokoh, lingkungan kehidupan, dialek bahasa, jalan pikiran dan lewat gambaran tokoh lain. Penulis tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan tingkah laku tokoh.
Disini pembaca harus
menafsirkan sendiri ucapan, pikiran, perbuatan, bentuk fisik, lingkungan,
reaksi, ucapan dan pendapat karakter tersebut. penulis menampilkan karakter
para tokoh melalui dialog, tingkah laku,
peristiwa yang terjadi dan lain sebagainya.
Teknik ini dinilai lebih
efektif karena berfungsi ganda dan bisa mengalami perubahan karakter karena
pengaruh lingkungan, teman, peristiwa yang dialami sehingga lebih alami.
Terdapat beberapa jenis wujud penggambaran teknik dramatik, yaitu:
-
Teknik percakapan
Dimana pembaca bisa melihat
karakter dari tokoh dalam cerita melalui percakapan dan dialog yang terjadi.
Disini pembaca bisa menyimpulkan sendiri bagaimana karakter dari tokoh
tersebut.
-
Teknik tingkah laku
Tingkah laku dapat menunjukkan karakteristik dari
tokoh tersebut. Namun tidak semua tingkah laku tokoh menunjukan sifat–sifat
tokoh itu, ini disebut tingkah laku yang bersifat netral.
-
Teknik pikiran dan perasaan
Disini tokoh menunjukkan perasaan yang dialaminya.
Seperti apa yang dirasakannya terhadap sebuah konflik yang terjadi dalam
cerita.
-
Teknik arus kesadaran/stream of consciousness
Teknik ini berhubungan dengan teknik sebelumnya,
teknik pikiran dan perasaan karena keduanya menunjukkan tingkah laku batin
tokoh.
-
Teknik reaksi tokoh
Reaksi tokoh
terhadap suatu kejadian dapat menunjukan pendirian tokoh itu.
-
Teknik reaksi tokoh lain
Reaksi tokoh-tokoh lain terhadap suatu kejadian yang
dilakukan oleh sang tokoh dapat menunjukan kedirian tokoh itu. Dengan kata
lain, ini merupakan opini tokoh-tokoh lain terhadap tokoh tertentu.
-
Teknik pelukisan latar
Tempat dimana suatu cerita terjadi, dapat menunjukkan
karakter dari tokoh tersebut. Pelukisan latar tidak hanya akan
menunjukkan karakter tokoh, tetapi juga merupakan awal sebuah cerita.
-
Teknik pelukisan fisik
Penampilan fisik dari tokoh
berhubungan langsung dengan ciri-ciri sang tokoh karena sang pengarang
mendeskripsikan tokoh itu dengan maksud tertentu. Teknik ini sangat
penting dalam penokohan, karena sangatlah efektif.
Lantas bagaimana menciptakan tokoh dengan penokohan yang mampu
menyedot perhatian pembaca dan menimbulkan kesan yang mendalam bahkan bersifat
abadi? Pada dasarnya, kita tetap perlu memikirkan cerita yang bagus dan
memiliki ide dan jalan cerita yang kuat. Biasanya, agar seorang tokoh bisa
diingat dengan baik, novel atau serial dengan durasi cerita yang panjang lebih
berpeluang besar daripada cerpen atau novel pendek.
Berikut beberapa tips dari Smart Writer untuk mereka-reka tokoh cerita yang
berkesan bagi pembaca karyamu :
1. Membuat pohon tokoh
Buatlah pohon tokoh yang menggambarkan nama-nama tokoh, hubungan antar
tokoh, tahun lahir dan sifat secara umum.
2. Memikirkan nama yang sesuai dengan pemilihan sifat yang melekat padanya
Nama berkaitan erat dengan latar belakang cerita yang kamu buat. Misalnya
jaman sekarang atau jaman dulu. Latar belakang negara, budaya, cerita fantasi
atau mencoba menggambarkan kehidupan yang realistis.
Jika tokohmu banyak, biasanya penulis akan menggunakan dua kata untuk nama
tokohnya. Sementara tokoh-tokoh pendamping cukup dikenali dengan nama panggilan
saja. Tentunya kamu harus tetap membuat daftar lengkap untuk tiap tokohmu.
3. Fokus pada tokoh utama
Tokoh utama antagonis dan protagonis tentunya memegang porsi yang besar
dalam sebuah cerita. Mereka sering muncul dan disebut dalam cerita. Walaupun
terkadang dalam dialog dan sudut pandang tertentu, tokoh utama kadang
menggunakan kata ganti orang pertama seperti “aku”, tetap saja pemilihan nama
ini sangat penting.
Pikirkan nama yang mudah diucapkan, mudah dipanggil. Lengkapi dengan nama
kedua yang unik. Tetapi tentunya hal ini berbeda ketika kamu membuat setting
cerita dengan latar belakang negara seperti Korea, China dan Jepang dimana nama
bagian depan merupakan nama keluarga atau marga. Sehingga tokoh dipanggil
dengan nama setelah marga tersebut.
4. Melekatkan nama dengan bayangan tokoh dalam pikiran kita
Pernah melihat cover novel atau serial dengan tokoh yang mirip dengan tokoh
yang kita kenal? Atau sketsa mirip pesohor yang pernah kita lihat? Ya, dengan
memilih seorang tokoh, kita bisa dengan mudah menggambarkan bagaimana ciri
fisik dari tokoh kita disertai sifat dan perilakunya.
Contohnya saja tokoh dalam novel kita, digambarkan mirip dengan aktor
korea, Yoo Seung Ho. Yoo Seung Ho menggambarkan pria muda, berusia sekitar 25
hingga awal 30 tahunan. Dia cerdas, elegan, rapi, memiliki perawakan yang
tenang, namun memiliki sisi misterius yang sulit ditebak. Terkesan memiliki
masa lalu yang kelam, tapi juga ambisius dan memiliki tekad yang kuat untuk
menyelesaikan masalah dan konflik dalam hidupnya.
5. Berpikir, merasakan dan bertindak dengan sudut pandang tokoh
Menghidupkan tokoh sehingga mereka seolah hidup di muka bumi ini walaupun
dalam cerita fiktif hingga fantasi sekalipun, bisa dilakukan dengan menyelami
karakter yang kita buat.
Ketika menceritakan tentang seorang tokoh, jadilah seolah-olah kitalah
tokoh tersebut. Misalnya tokoh utama adalah seorang wanita, ibu berusia awal 30
tahun yang anaknya diculik oleh mantan suaminya. Adegan ketika ia memasuki
apartemennya lalu menemukan rumah yang berantakan, tidak ada orang di rumah
baik pengasuh dan anaknya. Bagaimana ekspresi panik, bingung dan frustasi
ketika ia memanggil-manggil anaknya.
Rasakan perasaan yang dialaminya, apa yang kemudian dilakukan sesuai dengan
pemilihan sifat tokoh tersebut. Apakah ia seorang wanita tangguh yang tahu persis apa yang akan dilakukan atau
justru wanita depresi yang gampang panik, lalu menjerit-jerit ketika menemui
situasi semacam ini.
Penggambaran tokoh dengan emosi yang nyata seperti ini akan membuat tokoh
terasa nyata, cerita menjadi hidup dan tokoh tersebut lebih mudah diingat.
6. Membuat tokoh yang memiliki perkembangan kehidupan
Tidak ada tokoh yang jahat 100% ataupun baik 100%. Selalu ada alasan
mengapa seseorang menjadi jahat, melakukan kejahatan atau tokoh yang kejam.
Penting untuk membuat latar belakang mengapa seseorang terpaksa atau harus
menjadi tokoh jahat. Sementara tokoh baik, tentunya tentang bagaimana ia
memenangkan ujian seberat apapun dalam hidupnya.
Hal ini
tentunya untuk memberi pesan moral yang baik kepada pembaca. Seberat apapun
masalah, seburuk apapun kondisi, tetaplah menjadi baik, karena kebaikan akan
menang.
Seorang penulis yang ingin memberi kesan mendalam bagi
pembacanya memang membutuhkan riset, pendalaman materi, banyak membaca dan
mencari inspirasi dalam waktu yang tidak sebentar.
Ada yang bertahun-tahun melakukannya dan menulis dalam
waktu yang singkat. Mereka mengumpulkan literatur, menjalin cerita dalam
kepalanya, ibarat membangun istana dalam kepalanya, lengkap dengan detil.
Ketika semua bagian sudah lengkap, barulah ia menuangkannya ke dalam sebuah
tulisan, karya yang utuh.
Jadi, ketika kamu memutuskan untuk menulis karyamu,
bersiaplah untuk terjun total ke dalam tiap kalimat yang menjalin ceritamu.
Bangunlah tokoh dan penokohan yang mencuri perhatian dan buatlah karya yang
indah. Mungkin butuh waktu lama, tetapi yakinlah, ketika bangunan ceritamu
telah utuh berikut memiliki penokohan yang komplit, bisa jadi kamu dan pembaca karyamu
akan mengalami hal yang sama : jatuh cinta dengan tokoh rekaanmu dan membekas di
hati dengan begitu dalam.
Selamat menulis ya.
Riawani Elyta
Risa Mutia
Ingin belajar menulis novel secara privat plus mendapat saran masukan untuk draft novelmu dan novel gratis? Silakan klik sini untuk infonya ya :)
Sumber
:
idntimes
sridianti
blog.isi-dps
gurupendidikan
babatpost
sheknows
jagatreview
bibliotika
No comments:
Post a Comment