20 August 2020

Tips Menyusun Konflik Novel

 

Saat kita menulis novel, maka kita tak bisa melepaskan satu unsur penting yang menjadi “jiwa”  dari novel. Unsur tersebut adalah konflik. Tanpa adanya konflik, maka adegan, dialog dan jalan cerita serasa tidak punya nyawa. Konflik dan penyelesaianlah yang menjadikan sebuah cerita menjadi hidup dan nyata.

 

Konflik adalah suatu permasalahan yang tidak diinginkan oleh setiap manusia seperti percekcokan, perselisihan, maupun pertentangan (KBBI, online). Konflik-konflik yang dialami manusia dalam kehidupan nyata seringkali menggugah sastrawan atau pengarang. Konflik yang dihadirkan oleh seorang pengarang tidak luput dari kenyataan bahwa keberadaanya merupakan bagian dari kehidupan manusia. 

 

Sedemikian pentingnya peran konflik, maka memilih konflik yang tepat seyogyanya mendapat perhatian saat menulis novel. Menurut Nurgiyantoro (2000:3) fiksi sebagai karya imajiner, biasanya menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. 

 

Baca : Tips Menulis Deskripsi dalam Fiksi

 

Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dan interaksinya dengan lingkungan dan sesama. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan, sehingga pengarang mengajak pembaca memasuki pengalaman imajinasinya melalui tokoh- tokoh dalam karya sastra.

Penting pula kita ketahui, menurut Luxemburg (1992:6) dunia kesusastraan mampu mengungkapkan hal yang tidak terungkap. Walaupun sastra merupakan hasil karya yang mencerminkan budaya masyarakat, mengandung unsur-unsur kehidupan yang nyata, tetapi sastra sebagi wujud hasil kreasi penulis melalui proses berfikir, mampu memberikan pengaruh yang cukup besar bagi penikmat karya sastra.

 

Sehingga mengacu pada kedua pemahaman di atas, konflik yang dipilih pengarang biasanya berakar pada permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Dan kemudian menawarkan penyelesaian konflik sebagai bentuk pemikiran pengarang yang menjadi solusi bagi tokoh di dalam cerita yang kadang kala mewakili tokoh-tokoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tentunya berlaku pada cerita-cerita yang diangkat dari kisah keseharian kita. Dalam perkembangan sastra dan fiksi saat ini, cerita-cerita yang mengangkat kehidupan keseharian kita biasanya akan lebih diminati.

 

Sebelum membahas lebih lanjut tentang memilih konflik yang tepat, mari kita kenali dulu dua jenis konflik utama dalam karya fiksi : konflik internal dan konflik eksternal.

 

Konflik internal merupakan konflik yang terjadi di dalam diri tokoh itu sendiri. Konflik ini tidak melibatkan orang lain, ditandai dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai hal seperti nilai. Kekuatan karakter dari tokoh tersebut akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut. Disini biasanya tokoh dalam fiksi dihadapkan pada beberapa pilihan, yang secara garis besar terdiri dari pilihan baik dan buruk, yang masing-masingnya memiliki konsekuensi. Semakin berat konflik internal tersebut, ditambah karakteristik tokoh yang kita bangun, semakin menarik sebuah cerita.  

 

Baca : Tips Membangun Penokohan yang melekat di Hati Pembaca 

Sedangkan konflik eksternal adalah gejolak yang terjadi antara seorang tokoh dengan hal-hal di luar dirinya.

 

·           Konflik antara tokoh dengan individu lain.

Konflik antar manusia adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak antara manusia dengan manusia atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia. Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar psikologis yang bisa mencetuskan konflik apabila tidak terpenuhi (Pickering, 2006:14). Konflik terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan dalam kepribadian. Seringkali konflik – konflik demikian muncul karena tekanan-tekanan yang berkaitan dengan peranan atau dari cara orang  mempersonalifikasi konflik (Winardi, 2007:68).

 

 

·           Konflik antara tokoh dalam cerita dengan masyarakat

Konflik manusia dengan masyarakat adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antara manusia dengan manusia lain dalam struktur masyarakat luas. Konflik manusia dengan masyarakat adalah konflik yang terjadi kepada individu di dalam suatu kelompok (masyarakat, tim, departemen, perusahaan, dsb.) (Pickering, 2006: 17). Konflik manusia dengan masyarakat seringkali berhubungan dengan cara para individu menghadapi tekanan – tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok mereka (Winardi, 2007: 69). Di dalam realitas masyarakat, konflik sebagai hal yang harus ada dan kehadirannya tidak dapat ditawar-tawar lagi. Konflik manusia dengan masyarakat terjadi dalam kehidupan bermasyarakat merupakan hal yang wajar. 

 

 

·           Konflik antara tokoh dengan alam

Konflik manusia dengan alam adalah konflik yang disebabkan adanya pembenturan antara tokoh dengan elemen alam. Suatu pertarungan yang dilakukan oleh seseorang tokoh atau manusia secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melawan kekuatan alam yang mengancam hidup manusia itu sendiri.

Misalnya saja akibat kondisi cuaca yang ekstrim, wabah penyakit, serangan hewan liar hingga bencana alam. Contohnya bisa kita lihat dalam film “2012”.

 

 

·           Konflik antara tokoh dengan teknologi

Semakin maju perkembangan jaman terkait perkembangan teknologi ternyata membuat dunia fiksi juga menjadikan tema ini sebagai salah satu jenis konflik yang terjadi. Cerita-cerita yang mengusung tema fiksi ilmiah biasanya mengangkat konflik yang terjadi antara tokoh utama dengan teknologi. 

 

 

·     Konflik antara tokoh dengan adikodrati misalnya kekuatan supranatural

Satu lagi jenis konflik yang kini juga diangkat ke dalam karya fiksi. Yakni konflik yang terjadi tokoh dengan adikodrati misalnya hantu, sihir hingga kekuatan supranatural. Fiksi bergenre fantasi biasanya juga mengangkat jenis konflik ini. Misalnya dalam trilogi Lord Of The Rings dan Serial Harry Potter.

 

Kita telah mengetahui pentingnya konflik dan jenis-jenisnya. Selanjutnya bagaimanakah memilih konflik yang tepat dalam sebuah fiksi? Berikut tips dari Smart Writer.

  • Sesuaikan dengan genre fiksi

Menulis seringkali membutuhkan waktu yang panjang. Tak heran, interaksi intens antara penulis dan karya tulisnya kerap membentuk hubungan yang sangat erat. Oleh karenanya, penting untuk menulis sesuatu yang memang menjadi passion dan dikuasai oleh penulis. 

 

Sehingga konflik yang dipilih berangkat dari pemilihan genre yang memang nyaman, menimbulkan ketertarikan bagi seorang penulis untuk kemudian menuangkannya melalui karya tulisnya. 

 

Contohnya novel perdana Raja Horor Dunia, Stephen King yang berjudul Carrie. Rilis di tahun 1974, novel yang menceritakan kisah lima tahun setelah tahun dibuatnya yaki di tahun 1979 ini berhasil menjadi salah satu novel laris dan diangkat menjadi film di tahun 1976, film musikal Broadway di tahun 1988, film sekuel di tahun 1999, film televisi di tahun 2002 dan film layar lebar di tahun 2013.

Bercerita tentang seorang remaja perempuan bernama Carrietta atau Carrie yang acapkali mengalami perundungan dari siswa-siswa lain di sekolahnya. Disini terjadi konflik antara Carrie dengan siswa-siswa yang melakukan perundungan terhadapnya. Misalnya ketika Carrie dikerjai teman-temannya dengan berpura-pura mengajaknya ke pesta Prom. 

 

Pada novel ini, walaupun ditulis pada tahun 1970-an, tetapi tema perundungan merupakan konflik yang umum terjadi di dunia remaja. Tentunya tema dan konflik ini akan terasa janggal manakala mengangkat kehidupan dengan tokoh pria berusia 30 tahunan yang bekerja sebagai seorang eksekutif muda di sebuah perusahaan.

 

Sementara itu, novel Carrie sendiri ditulis King di tengah situasinya yang sulit. Tekanan yang dialami King pada saat itu di tengah kondisi perekonomian keluarganya yang morat-marit membuat King bisa menuangkan rasa tertekan ke dalam tokoh Carrie yang merasakan tekanan berat dari lingkungannya.

 

  •   Fokus pada konflik yang terjadi pada tokoh utama

Dalam sebuah cerita, ada beberapa tokoh selain tokoh utamanya. Tokoh-tokoh pendamping ini biasanya juga memiliki konflik tersendiri. Seperti dalam novel Carrie, ibu Carrie merupakan wanita yang memiliki masalah dengan dirinya sendiri. Konflik yang dialami sang ibu membuatnya memberi tekanan kepada tokoh Carrie, sehingga konflik yang dialami Carrie bertambah rumit. Tetapi konflik utama tetaplah berkisar pada Carrie sebagai tokoh utamanya. Jangan sampai konflik yang dialami tokoh-tokoh lain mengalahkan konflik yang dialami tokoh utama. Disinilah pentingnya fokus pada konflik-konflik yang terjadi pada tokoh utama. 

 

  • Tambahkan informasi tak terduga

Karya fiksi terutama novel memiliki jalan cerita yang panjang. Menyimpan informasi untuk kemudian ditampilkan di beberapa bagian cerita akan menjadikan konflik yang terbangun semakin menarik. Jangan mengumbar semua informasi ini terutama di bagian-bagian awal cerita.

 

Kita bisa menambahkan sedikit demi sedikit informasi ini hingga pada akhirnya kepingan teka-teki dalam cerita akan terkuak dan mengantar ke dalam konflik yang meningkat pada bagian klimaks.

 

  • Letakkan twist pada beberapa bagian

Menyukai cerita dengan twist di dalamnya? Ya, twist merupakan hal yang menarik untuk menambahkan konflik di dalam sebuah cerita. Contoh twist yang menarik terdapat dalam film Shutter Island dengan tokoh utama yang diperankan oleh Leonardo DiCaprio. Film yang diangkat dari novel yang terbit di tahun 2003 karya Dennis Lehane ini memiliki twist yang sangat tidak terduga.

Pembaca atau penonton digiring dalam konflik-konflik antara Edward Daniels dengan tokoh-tokoh lainnya juga konflik internal dalam dirinya sendiri. Keseluruhan konflik ini terus meningkat hingga menampilkan penjelasan yang mengejutkan berupa twist ending di akhir ceritanya.

 

Disini penulis meletakkan konflik-konflik yang membuat pembaca penasaran. Penasaran karena banyak menghadirkan kebingungan, pertanyaan yang tak terjawab bahkan twist-twist kecil.

 

  • Membuat turunan konflik

Dalam sebuah cerita, kita bisa mengusung satu konflik besar yang kemudian diturunkan ke dalam konflik-konflik kecil. Konflik-konflik kecil ini ditebarkan sepanjang cerita dengan menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, sehingga konflik makin meluas, bertumpuk hingga meruncing menjadi konflik utama sebagai puncak dari semua masalah yang dialami tokoh utama.

 

Kita bisa menghadirkan konflik-konflik ini misalnya satu bagian dalam masing-masing bab atau menyebarkannya ke beberapa bagian cerita. Susunlah konflik-konflik ini diselingi konflik-konflik tambahan yang dialami tokoh selain tokoh utama tetapi masih berkaitan dengan konflik utama. Baik untuk menegaskan, menguatkan maupun menimbulkan rasa penasaran pembaca.

 

  •   Hadirkan grafik konflik

Konflik-konflik yang terjadi dan kita sebarkan di berbagai tempat di cerita tentunya memiliki konflik utama. Konflik utama ini bisa diibaratkan merupakan puncak grafik, sementara konflik turunan merupakan grafik yang meningkat menuju puncak grafik. Sedangkan penyelesaian atau penjelasan merupakan grafik yang menurun.

 

Agar cerita menjadi menarik, gunakan grafik yang meningkat. Grafik konflik yang cenderung datar biasanya akan menjadikan cerita terasa datar dan kurang greget. Oleh karenanya, siapkan sungguh-sungguh konflik utama di luar dugaan (bisa menggunaka twist ending) hingga pembaca merasa takjub dengan penyelesaian yang kita gunakan.

 

Contohnya kembali kita ambil dari novel Carrie. Setelah rasa tertekan yang dialami Carrie, Carrie kemudian melampiaskan dendamnya dengan menggunakan kekuatan telekinesis yang dimilikinya. Sehingga menghancurkan sekolah hingga kota tempat tinggalnya. Pesan yang kita dapat tentunya tentang keterpurukan yang melahirkan energi dan kekuatan lentingan yang luar biasa. Dalam novel Carrie, lentingan itu dilahirkan dengan kekuatan menghancurkan yang sangat besar.

 

Membangun konflik dan menyebarkan ke berbagai bagian dalam cerita merupakan salah satu tips penting dalam membangun keseluruhan jalan cerita. Hal ini akan melahirkan adegan dan tindakan yang kemudian dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita. Rencanakan dan tulis konflik dengan rapi, menarik dan memancing rasa penasaran. Lalu kemas dalam informasi-informasi yang muncul sedikit demi sedikit hingga mencapai klimaks konflik.

Selamat menulis.

 

Sumber :

idntimes.com

pintar-berbahasa-indonesia.blogspot.com

wahyuindah.com

health.detik.com

republika.co.id

rovylicious.blogspot.com

freepik.com

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment