Udah lama banget ya saya nggak update
blog ini? Mohon dimaafkan ya teman-teman, khususnya kalian yang selama ini setia mengikuti
postingan di sini. In sya Allah, saya akan berusaha semampu saya untuk rutin mengisi
blog ini lagi, seiring semangat saya untuk menulis (buku) yang kembali terpompa.
Kini kita akan berbincang
tentang salah satu penulis internasional, yang karya pertamanya langsung
bertengger di rak bestseller dunia selama
lebih dari 50 minggu (di literatur lain disebutkan bahwa novel tersebut bahkan
mencetak bestseller dunia selama 101 minggu).
Dialah
Khaled Hosseini, penulis yang berprofesi sebagai dokter. Hosseini
berkewarganegaraan Amerika Serikat dan lahir di Afghanistan. Novel fenomenalnya,
The Kite Runner, mendapat penghargaan sebagai buku terbaik di tahun 2004 versi
San Fransisco Chronicles. Novel yang terbit di tahun 2003 ini kemudian
difilmkan dengan judul yang sama pada tahun 2007. Dan film ini mengadaptasi
novelnya tanpa banyak improvisasi di dalamnya. Sehingga saat menontonnya kita
seolah membaca novelnya secara visual. Keduanya tampil sama indahnya. Hosseini
juga mendapat Humanitarian Award di tahun 2006 oleh UNHCR untuk novel tersebut.
Dan novel ini diterjemahkan ke dalam 42 bahasa dengan penjualan lebih dari 8
juta kopi di seluruh dunia.
Dua novel Hosseini lainnya pun
tak kalah menariknya. A Thousand Splendid Sun di tahun 2007 dan And The
Mountains Echoed di tahun 2013. Novel – novel Hosseini mengambil latar belakang
Afghanistan dengan situasi politiknya yang memanas kala itu. Hosseini begitu
cerdas dalam menjalin alur cerita, karakter yang kuat, dan kejutan – kejutan
tak terduga. Sisi kemanusiaan yang penuh luka, kesetiaan, cinta, penebusan rasa
bersalah, semuanya terjalin indah, meliuk – liuk dan mengoyak emosi pembacanya.
Membuat kita terbawa dan mampu membayangkan bagaimana rumitnya kisah yang
dibangun Hosseini dalam novelnya yang bergaya memoar.
Berikut beberapa rahasia dibalik
suksesnya novel-novel Khaled yang bisa kita pelajari untuk menghasilkan sebuah
novel yang bagus :
- Riset yang kaya
Dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk
menggali berbagai literatur dan referensi termasuk mendatangi sendiri berbagai
tempat yang dijadikan latar sebuah cerita. Kalaupun kita tidak bisa berkunjung
secara langsung, minimal kita memperoleh informasi yang cukup untuk membangun
setting yang kita tulis, sehingga isi novel kita sekaan-akan mencerminkan pengalaman
pribadi kita sendiri.
Membangun konflik yang cerdas akan membuat
sebuah novel menjadi menarik. Jika konfliknya begitu gampang ditebak, pembaca
akan cepat bosan. Oleh karenanya, penting untuk merencanakan konflik dengan
rapi dan meletakkannya di bagian – bagian yang tepat.
Tiap tokoh yang dihadirkan Hosseini memiliki
peran penting dalam novel – novelnya. Nyaris tidak ada tokoh yang sia-sia atau
sekadar numpang lewat. Bagaimana Hosseini menggambarkan karakternya pun sangat
nyata. Membuat kita merasakan seolah-olah mereka benar-benar ada.
Bahasa yang digunakan Hosseini mengambil
sudut pandang orang pertama. Dengan detil dia memaparkan setiap situasi tetapi
tidak mubazir. Kita pun terhindar dari rasa bosan akibat jebakan deskripsi.
Unsur – unsur emosi pun ditempatkan dengan tepat sehingga menyentuh emosi pembacanya
dengan proporsional, tidak lebay ataupun datar.
Dibutuhkan kejutan – kejutan yang apik
dalam sebuah novel dengan durasi panjang untuk tetap mengikat pembacanya.
Tanpanya, sulit membuat pembaca betah berlama – lama menantikan apa yang akan
terjadi selanjutnya. Disini, Hosseini dengan piawai menempatkan kejutan –
kejutan yang menambah keapikan karya fenomenalnya.
Menulis sebuah novel tidak hanya memerlukan
unsur – unsur pembangunnya dan meramunya dengan baik. Menulis novel melibatkan semua unsur rasa si penulis sehingga
pembacanya mampu menyelami emosi tokoh-tokoh yang tertuang dalam rangkaian
cerita yang dibangunnya. Saat sebuah novel telah berhasil menyentuh sisi
emosional seorang pembaca, mengendap dan menghadirkan pengalaman membaca yang
terus terngiang - ngiang dalam jangka
waktu lama, maka penulis tersebut telah mencetak brand bestseller di hati pembacanya.
Mungkin, ada yang bertanya...di era
digital writing ini, apakah novel cetak tetap punya tempat di hati pembaca?
Jawabannya : tentu saja punya! Karena membaca novel paling nyaman dilakukan dengan
membaca langsung dari buku. Dan di saat begitu banyak penulis yang memilih atau
beralih ke media digital, kenapa enggak kita gunakan kesempatan ini untuk fokus
menghasilkan novel yang berkualitas, mampu merebut selera pasar yang tengah
haus fiksi bermutu dan menyentuh hati pembaca?
(Lyta dan Risa)
sangat bermanfaat, saya juga sangat suka novel the kite runner, sampai terbawa mimpi...
ReplyDeletethank min...