24 May 2017

PELAJARAN MENULIS DARI STEPHEN KING (BAGIAN 1)

PELAJARAN MENULIS DARI STEPHEN KING
Beberapa tahun yang lalu, saya pernah berencana mengikuti sebuah kompetisi menulis cerita thriller yang terinspirasi dari karya – karya Stephen King yang diadakan oleh sebuah penerbit. Salah satu syaratnya adalah mencantumkan kupon penulisan cerita yang ada di bagian belakang buku Stephen King on Writing

Saat itu, saya mencari buku yang dimaksud sampai berkeliling kemana – mana, masuk banyak toko buku tapi hasilnya nihil hingga akhirnya saya mengurungkan niat saya.  Lebih kurang setahun setelah niat saya yang tertunda itu, saya berjalan – jalan ke salah satu tempat favorit saya yaitu pusat penjualan buku bekas. Kamu tahu apa yang saya temukan? Ya, buku Stephen King on Writing. Antara terkejut dan penasaran, saya pun langsung membeli buku tersebut.

Timbul pertanyaan dalam benak saya, siapa sebenarnya Stephen King? Yang saya tahu, dia tentunya seorang penulis cerita bergenre horor, thriller dan sejenisnya. Dan pastinya dia adalah seorang penulis hebat. Seiring waktu dan kesibukan, buku tersebut belum sempat tersentuh kembali oleh saya hingga saya menonton film The Mist. Ceritanya yang out of the box, membuat saya masih mengingat cerita itu dengan jelas hingga hari ini. Dan film itu diangkat dari salah satu novel Stephen King. Mozaik - mozaik ini kembali berkumpul sampai akhirnya saya menyehtuh kembali buku yang saya beli, Stephen King on Writing, sebuah memoar, pengalaman hidup, perjuangan yang memuat banyak pelajaran berharga bagi para penulis khususnya bagi penulis novel.

Smart Writer akan mengupas pelajaran – pelajaran berharga dari Stephen King, raja cerita horor dan thriller yang telah menulis lebih dari 30 novel dan banyak dari karya – karyanya telah diangkat ke layar lebar, menjadi bestseller dunia hingga hari ini padahal novel pertama karyanya yang berhasil diterbitkan, Carrie, diterbitkan pada tahun 1973. Selama lebih dari empat dekade, nama Stephen King tetap berkibar.
Yuk, kita belajar langsung dari Stephen King, raja horor dan thriller dunia ini  :

# Pelajaran 1 (diambil ketika menulis novel Carrie)
-       Tulislah karya yang menggugah emosi
Proses menulis apalagi menulis sebuah novel adalah sebuah proses yang panjang. Perlu ada unsur keterikatan emosi yang intens agar ide – idemu mengalir deras. Penting ketika Kamu membaca apa yang telah Kamu tulis, tulisanmu tersebut menggugah emosimu.
-       Buatlah tokoh dengan karakter yang kuat
Pada awal – awal penulisan novel Carrie, Stephen King tidak terlalu menyukai tokoh Carrie yang diciptakannya, juga tokoh – tokoh lain yang mendukung cerita tersebut. Dalam perjalanan penulisan novel tersebut, Stephen King akhirnya belajar bahwa walaupun tokoh Carrie bukanlah tokoh yang menarik, tetapi dia sangat sesuai untuk novel tersebut, dan novel Carrie yang sempat dihentikan penulisannya dan akhirnya berkat intuisi dan dorongan dari Tabitha, istri Stephen King, akhirnya dilanjutkan kembali dan diteruskan ke penerbit, melahirkan sesuatu yang fantastis. Stephen King mendapatkan hak penerbitan novel senilai $400.000, di tahun 1973!

         # Pelajaran 2 “Kotak Perkakas”
 Suatu ketika, Stephen King kecil membantu pamannya mengganti kasa yang rusak pada salah satu sisi rumah. Paman Oren, demikian nama panggilan paman tersebut membawa sebuah kotak perkakas yang berisi banyak alat - alat pertukangan. Ketika mengganti kasa tersebut, ternyata Paman Oren hanya menggunakan sebuah obeng. Stephen kecil bertanya mengapa dia membawa satu kotak perkakas penuh berbagai peralatan padahal dia hanya membutuhkan satu buah obeng saja.
Paman Oren berkata, “ Aku tidak tahu apa lagi yang akan kutemukan begitu aku sampai di sini, iya kan? Yang paling tepat adalah membawa semua peralatan itu. Jika tidak, kau biasanya akan menemukan sesuatu yang tidak kau harapkan dan jadi kecewa.”

Untuk bisa menghasilkan tulisan terbaik sesuai kemampuanmu, sediakan kotak perkakasmu sendiri dan mengerahkan seluruh tenaga agar bisa mengangkat kotak perkakas tersebut. selanjutnya, bukan melihat bagaimana sulitnya pekerjaan tersebut, tetapi bagaimana memilih peralatan yang tepat dan langsung mulai bekerja.

Bagi seorang penulis, kotak perkakas bisa berarti memiliki kosa kata yang banyak, pengetahuan tentang tata bahasa, unsur dan gaya penulisan, selanjutnya adalah membangun kalimat dan membentuknya menjadi paragraf.
Dalam fiksi, paragraf yang tercipta tidak terlalu terstruktur, yang penting adalah iramanya bukan melodinya. Pengalaman  yang didapat dari banyak membaca akan membantumu unuk membangun paragraf tanpa perlu berpikir tentang bagaimana memulai atau mengakhirinya.
Pada akhirnya, semua peralatan dalam kotak perkakas kita akan melatih kita untuk menulis secara luwes dengan tata bahasa yang baik.
Menulis itu seperti merayu. Penting menciptakan rayuan yang baik yang membuat pembacamu mau terus membaca karya tulismu.

           # Pelajaran ketiga “Membaca”
Tahun lalu, ada sebuah artikel Smart Writer yang mengutip kalimat dari Stephen King ini. Dan kali ini, kutipan itu kembali saya hadirkan ;
“Kalau engkau ingin menjadi penulis, ada dua hal yang harus kau lakukan; banyak membaca dan banyak menulis. Setahuku, tidak ada jalan lain selain dua hal ini, dan tidak ada jalan pintas.”
Stephen King sendiri membaca sekitar 70 – 80 fiksi pertahun. Dia membaca dimana saja, saat mengantri, mengisi waktu luang, menunggu siswanya ujian dan dimana saja dia bisa. Stephen King membaca bukan untuk mempelajari seninya tetapi karena dia memang senang membaca.

Ada banyak hal yang bisa kita dapatkan dari membaca, diantaranya :
  • Ketika membaca sebuah fiksi yang buruk, maka kita akan tahu apa yang tidak boleh kita masukkan ke dalam karya kita ketika menulis.
  • Sebaliknya, tulisan yang bagus mengajarkan tentang gaya tulisan, narasi yang indah, pengembangan alur cerita, penciptaan tokoh – tokoh yang meyakinkan, dan penuturan yang benar.
  •  Mempelajari berbagai gaya penulisan dan menciptakan gaya bahasamu sendiri sebagai karaktermu sendiri.
  • Memberikan banyak informasi dan mengurangi kesalahan saat memberikan informasi dalam menulis

Membaca adalah pusat kreatifitas kehidupan seorang penulis. Kiat agar suka membaca adalah mengajari diri sendiri untuk menyukai membaca sedikit demi sedikit kemudian berkembang menjadi membaca langsung dalam jangka waktu yang lama. Belajarlah untuk fokus dan bisa menenggelamkan diri ke dalam berbagai bacaan dalam berbagai situasi dan kondisi.
Hal yang paling penting dari membaca adalah bahwa kegiatan tersebut menciptakan keakraban dan kemudahan dalam proses menulis.   

Pembeli buku secara umum tidak tertarik okeh kualitas sastra sebuah novel; mereka menginginkan sebuah cerita yang bagus untuk dibaca, sesuatu yang memikat mereka dari awal dan membuat mereka terus asyik membalik halamannya. Hal semacam itu terjadi jika pembaca mengenali tokoh – tokohnya, perilaku para tokoh, lingkungan sekitar dan  pembicaraan mereka. Pembaca akan tertarik jika mereka merasa akrab dan mengenal baik tokohnya dan mereka menjadi peduli dengan nasib para tokohnya. Kepedulian ini terlihat dari keinginan mereka untuk terus membaca sampai selesai dan terus memikirkannya bahkan setelah mereka membaca buku tersebut berkali – kali.

See you next week on 2nd part of Stephen King writing tips.
Don’t miss it.

Risa Mutia



  

3 comments:

  1. Banyak baca jadi banyak tahu, banyak nulis jadi bikin ingin nulis terus

    ReplyDelete
  2. Wuih, Stephen King, salah satu penulis favorit saya kak.
    Makasih tips menulisnya..

    ReplyDelete
  3. aku kalau mampir ke blog ini selalu dapat ilmu baru

    ReplyDelete