gambar dari : monitoringclub.org |
Di
kancah sastra tanah air, nama Andrea Hirata mulai dikenal sejak tetralogi Laskar
Pelangi-nya berhasil menjadi bestseller
dan dicetak ulang serta mencatat sejarah. Hingga hari ini masih terus
menorehkan pencatatan sebagai pencapaian fenomenal dalam dunia satra Indonesia.
Diikuti oleh Sang Pemimpi, Edensor,
Maryamah Karpov, lalu hadir Padang
Bulan dan Cinta di Dalam Gelas,
Sebelas Patriot, Ayah hingga yang terbaru di tahun ini, Trilogi Sirkus Pohon, Andrea Hirata tetap
menampilkan diferensiasi dan kecerdasan dengan latar belakang masyarakat Melayu
Belitong yang penuh gizi tidak hanya sebagai sebuah novel tetapi merupakan
sebuah masterpiece dari seorang
maestro.
Berikut
bagaimana tetralogi Laskar Pelangi mempengaruhi dan memberi pencerahan terhadap
para pembacanya :
- Di Gramedia Matraman, Jakarta Pusat, ribuan pembaca tetralogi Laskar Pelangi rela antri lebih dari tiga jam demi mendapatkan tanda tangan Andrea Hirata. Tidak ada dialog dan diskusi, hanya acara penandatanganan buku.
2. Di
“Islamic Book Fair” di Istora Senayan Jakarta, awal Maret 2008, Andrea Hirata
harus berlari – lari menghindari kejaran lebih dari 200 orang yang belum
kebagian tanda tangan. Antrean serupa juga terlihat saat Andrea hadir dalam
pameran buku antar bangsa di Kuala Lumpur, Malaysia. Puluhan warga Singapura
menyeberangi Malaysia untuk menyaksikan Andrea.
3. Di
Aceh, kawasan bekas musibah gelombang tsunami, acara bincang sastra yang
dihadiri Andrea dikenakan tiket masuk 100 ribu, kapasitas 250 orang terjual
habis. Bahkan masih banyak yang minta tambahan tiket, tak apa tanpa kursi asal
dapat tempat. Di banyak tempat, diskusi sastra dengan pembicara Andrea, pengunjungnya
membludak.
4. Di
dunia akademik, tak kurang dari 12 tesis dan skripsi dari perguruan tinggi terkemuka,
mengkaji tetralogi Laskar Pelangi. Bahkan sebuah naskah pidato guru besar bidang
pendidikan juga menjadikan Laskar Pelangi sebagai salah satu penguat gagasan
dasar.
5. Nico,
seorang mahasiswa yang sempat mandeg mengerjakan skripsinya dan sempat
berurusan dengan narkoba mendadak malu dengan perjuangan para tokoh di Laskar Pelangi.
Nico bertekad menyelesaikan rehab ketergantungan obatnya serta menyelesaikan
skripsinya.
Ini
hanya sebagian dari efek berantai ledakan tetralogi Laskar Pelangi. Artikel
kita kali ini akan membahas tentang pelajaran menulis apa saja yag bisa kita
dapatkan dari Andrea Hirata dengan segala fenomenanya yang berhasil mencatatkan
tinta emas sebagai penulis Belitong pertama yang masuk dalam jajaran penulis
nasional dan berhasil memecahkan mitos
kutukan tiga ribu, yakni bahwa buku sastra susah menembus penjualan tiga ribu
eksemplar setahun. Tetralogi Laskar Pelangi berhasil menembus penjualan angka
satu juta eksemplar dan hingga hari ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa
di dunia.
Menurut
Andrea, beberapa rahasia ledakan karyanya
bisa dibagi dalam enam faktor
:
1. Teori
momentum
Beberapa tahun belakangan, peta buku bestseller di tanah air didominasi oleh
buku jenis metro pop yang di kemudian hari malah mengalami penyusutan. Saat
belum hadir tema baru yang mewarnai kancah perbukuan nasional, buku Andrea
hadir dan menyajikan sebuah warna baru.
Demikian
pula dengan tokoh – tokoh lain seperti Lintang yang sanggup bersekolah dengan
menempuh jarak 40 km, dianggap memberi inspirasi tersendiri.
Saat
ini, tema parenting dan pendidikan
adalah salah satu hal yang sering digaungkan dan menjadi tema yang
sangat menarik untuk dibicarakan. Buku Andrea sarat dengan tema tersebut,
pendidikan inklusi, teori multiple
intelligence dan isu kesejahteraan guru termasuk latar belakang keluarga
diangkat Andrea dan diramu dengan apik dalam tetralogi Laskar Pelangi.
Sedikit
banyak berpengaruh besar dalam promosi sebuah buku. Setelah buku ini mulai
mencetak bestseller, peran media
untuk mem-blow-up efek berantainya
menjadi penting.
Laskar
Pelangi mengangkat masyarakat Melayu Islam dan Muhammadiyah sementara warga
Muhammadiyah di tanah air ada lebih dari 30 jutaan, sehingga terjadi
keterikatan yang besar dengan buku ini.
Ada
pesan orang bijak, “Jangan kau pinjamkan uang kepada orang Melayu, karena nanti
putus perkara, tapi kalau kau pinjamkan kata, dia akan berpanjang cerita.”
Andrea
mengaku tidak mengerti sastra, tidak menggunakan teknik sastra dan tidak
belajar sastra.
“Hanya
karena saya orang Melayu itulah yang bisa saya jelaskan mengapa saya bisa
menulis.”
Yuk
lanjut.
Berikut
pelajaran menulis yang bisa kita pelajari dari Andrea Hirata :
#Pelajaran
1 “Membaca”
Menulis
dan membaca adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Seluruh penulis di dunia
sepakat bahwa jika kamu ingin menulis, maka kamu harus membaca.
Membaca
tidak hanya karya sastra, tetapi apa saja. Buku
yang bagus memiliki ciri setiap paragraf mengandung banyak kemungkinan makna. Andrea
menyebutnya possibility.
Dan
untuk menciptakan buku dengan possibility,
membaca berbagai buku dengan berbagai tema adalah mutlak. Satu paragraf bisa
mengandung banyak muatan makna, bisa sains, estetika, semiotika hingga
mengandung intelektualitas yang menantang keyakinan.
Haidar
Bagir dan Hernowo membuat istilah untuk buku tersebut sebagai “buku bergizi”
Buku
bukanlah benda mati, tapi makhluk hidup yang mampu membangkitkan emosi ketika
membacanya, bisa sedih, terharu, gembira, memancing gelak tawa atau menginspirasi.
Buku
bergizi itu adalah buku yang mampu menggerakkan pikiran, begitulah kata Andrea.
Koleksi
bacaan sains Andrea saat bekerja di Telkom Surabaya saja seberat 1,5 ton! Jadi
agar bukumu bisa jadi buku yang bergizi, baca, baca dan baca.
Pelajaran #2 “Riset”
Buku
tetralogi Laskar Pelangi merupakan niatan terpendam Andrea sejak duduk di kelas
3 SD. Buku ini merupakan dedikasi seorang murid bagi gurunya yang telah
meletupkan cahaya di dalam hatinya dan menginspirasinya untuk berpetualang menempuh
lautan ilmu sehingga bisa mencapai impian dan mengatasi tantangan berat dalam
keterbatasan. Obsesi terpendam ini kembali meletup ketika Andrea menjadi
relawan Telkom ketika terjadi tsunami di Aceh pada Desember 2004. Suatu hari di
Aceh, Andrea duduk sambil memandangi ruamah peninggalan Cut Nya’ Dien yang
masih berdiri kokoh, sementara bangunan sekitarnya telah porak poranda dihantam
gelombang bah. Tiba – tiba Andrea teringat Bu Muslimah. Bagi Andrea, semangat
berjuang Bu Muslimah mendidik murid-muridnya di gedung sekolah reyot yang
hampir roboh sebanding dengan semangat berjuang Cut Nya’ Dien. Momentum ini
meledakkan obsesi terpendam Andrea untuk menulis Laskar Pelangi.
Untuk
mewujudkan obsesinya, Andrea pulang beberapa kali ke Belitong, tepatnya Desa
Gantung. Selain menemui teman – teman masa kecilnya dan ngobrol dengan mereka
untuk membangkitkan kenangan tentang mereka, Andrea juga banyak melakukan “aksi
gila”, misalnya Andrea yang ingin merasakan pengalaman bertemu hantu, maka dia
pergi ke kuburan pada jam 1 hingga 2 dini hari. Sebelum menulis, Andrea juga melakukan
penghayatan bak seorang aktor terhadap perannya. Riset Andrea juga dilakukan
dengan melakukan penggalian mendalam terhadap permasalahan yang dia temui.
Segala pengalaman, hasil penghayatan peran serta keilmuan Andrea yang setelah dianggap cukup, baru kemudian diolah
dan dituangkannya menjadi sebuah masterpiece.
Di
bagian selanjutnya kita akan melihat lebih dalam lagi bagaimana Andrea
menghasilkan karya – karyanya.
Don’t miss it.
Risa Mutia
Sumber :
Buku
Laskar Pelangi, The Phenomenon (Asrori S.Karni)
Luar biasa .. nggak heran bisa se meledak itu karya nya. Keren..
ReplyDelete