Stolen
Innocence - Elissa Wall dan Lisa Pulitzer, Taj Mahal – John Shors, Empress
Orchid – Anchee Min, Madame Mao – Anchee Min, Toto Chan - Tetsuko Kuroyanagi adalah
beberapa deretan novel yang dibuat dengan gaya bercerita dan sudut pandang
orang pertama seolah – olah novel tersebut adalah sebuah catatan harian. Novel
– novel di atas memang diangkat dari kisah nyata dan Stolen Innocence bahkan ditulis
langsung oleh tokoh yang mengalami peristiwa seperti yang tertulis dalam
novelnya.
Beberapa
kesamaan dan ciri khas dari novel – novel tersebut antara lain adalah :
1. Ditulis
dari sudut pandang orang pertama dengan menggunakan kata ganti orang pertama,
umumnya adalah ‘aku’. Namun tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan kata ganti orang ketiga. Contohnya novel
Izmi dan Lila karya Riawani Elyta, adalah novel yang bersumber dari kisah hidup
penulis sendiri dan diceritakan secara bergantian melalui dua tokoh utama
-
Izmi dan Lila – dengan menggunakan kata ganti orang ketiga.
2. Banyak
menggunakan gaya bercerita deskripsi dan narasi
‘Rekahnya matahari dari
pinggang Sungai Yamuna kerap menyeretku pada bayangan tentang surga. Dari bahu
kanalnya yang luas, aku menikmati saujana membentang seperti mengagumi wajah
kekasihku. Pagi ini pemandangan itu sama memukaunya seperti hari – hari
sebelumnya, terutama setelah lama aku berada jauh di tempat persembunyian. Di
sisi kanan membentang Benteng Merah yang mengagumkan. Di seberangnya, terbesut
cahaya matahari merah-darah, adalah Taj Mahal, yang berdiri seimbang, tak
terlampau lebar ataupun menjulang. Bangunan itu melengkung ke atas, kokoh dan
agung, sebuah gerbang menuju kayangan. Mengetahui Taj Mahal dibangun untuk
mengenang ibuku adalah kebahagiaan terbesar sekaligus kepedihan terdalam
bagiku.’
Paragraf
di atas adalah penggalan dari bab 1 novel Taj Mahal. Tampak jelas bahwa novel
tersebut ditulis dari sudut pandang orang pertama, tokoh utama novel tersebut
dan menggunakan bahasa deskriptif yang sangat khas dan indah.
3. Kebanyakan
mengangkat kisah perjuangan hidup tokoh utama baik untuk memperjuangkan kisah
cintanya, perjuangan untuk hidup yang lebih baik, hingga torehan – torehan
sejarah yang menginspirasi para pembaca.
4. Sekilas
mirip biografi
Biografi
juga ditulis berdasarkan kisah nyata dari seseorang yang menginspirasi (kisah
hidup tokoh yang telah dikenal luas) tetapi
novel berdasarkan catatan harian bisa saja terinspirasi dari kisah hidup seseorang yang tidak dikenal
luas, misalnya serial Jepang
berjudul 1 Litre of Tears yang diangkat
dari kisah nyata seorang gadis Jepang bernama Aya Kito yang menderita sebuah
penyakit yang terdiagnosa pada usia 15 tahun. Penyakit tersebut membuatnya
perlahan kehilangan fungsi motoriknya. Dokter memprediksi bahwa usia Aya tidak
akan lama lagi namun Aya mampu bertahan hidup
hingga usia 25 tahun. Dalam perjuangannya menghadapi penyakit
tersebut, Aya menulis kisah hidupnya
hingga detik dimana dia tak mampu lagi memegang sebuah pena. Perjuangan Aya
memberi pesan agar tak berputus asa dalam menghadapi masalah apapun dalam
hidup.
5. Sarat
pesan – pesan kebaikan
Dalam
novel – novel yang ditulis berdasarkan catatan harian, banyak pesan – pesan
kebaikan. Beberapa novel – novel tersebut menunjukkan perjuangan untuk hidup
dan tak berputus asa seberat apapun masalah yang dihadapi karena umumnya tokoh
utamanya telah melalui perjuangan yang sangat luar biasa berat.
Menulis
novel berdasarkan catatan harian seseorang tentunya akan lebih mudah karena
jalan ceritanya telah ada. Namun bagaimana merangkai cerita yang telah ada
tersebut agar indah mengalir dan bernilai adalah tahapan selanjutnya. Ingin
menulis novel berdasarkan catatan harian dirimu sendiri atau orang lain? Yuk kita
ikuti tips-tips Smart Writer berikut ini :
1. Menemukan
kisah yang menarik
Begitu banyak cerita di
dunia ini. Tiap manusia yang dilahirkan memiliki kisahnya sendiri-sendiri.
Tugasmu adalah menemukan cerita yang menarik untuk diramu menjadi sebuah novel
yang bernilai. Kamu bisa mewawancarai seseorang, atau jika orang tersebut rajin
menulis kisahnya dalam catatan
harian, tentunya akan lebih mudah karena tinggal menambahkan unsur - unsur yang
kurang jelas dan menambahkan kesan rasa di dalamnya.
2. Menambahkan
cerita tambahan
Novel yang didasarkan
catatan harian, berarti memiliki porsi kebenaran lebih dari 70 %, namun ada beberapa
bagian yang bisa ditambahkan. Bisa jadi ada tokoh tambahan, bisa jadi ada setting tempat tambahan,
hingga ada cerita tambahan. Dan itu semua sah – sah saja karena jika
menyampaikan cerita tanpa diramu dengan indah dan memiliki bahasa sastra yang
khas, tentunya akan hanya seperti membaca sebuah diari alih – alih novel.
3. Menambahkan
dialog
Dialog tentunya tidak
ada dalam catatan harian. Sedangkan novel mengandung banyak dialog. Dan karena cerita dibuat berdasarkan sudut
pandang orang pertama maka tentunya dialog yang terjadi akan melibatkan tokoh
utama atau diketahui oleh tokoh utama yang bertindak sebagai orang yang bercerita
dalam novel tersebut.
4. Menampilkan
penguat cerita
Dalam novel yang dibuat
berdasarkan kisah nyata, beberapa penulis sering menambahkan foto tempat, foto
tokoh yang diangkat kisahnya, penggalan kalimat dari catatan harian, untuk menguatkan unsur emosi agar sampai ke hati
pembaca. Sesuatu yang benar-benar terjadi tentunya beda dengan rekaan, walaupun kisah rekaan bisa
saja terjadi tetapi tetap saja merupakan rekaan. Beda dengan kisah nyata
apalagi jika ternyata tokoh utama yang diangkat kisahnya tersebut telah
meninggal dunia, tentunya akan membuat kesan rasa yang sangat kuat. Tetapi
perlu diingat,
jangan sampai terlalu berlebihan karena akan menghilangkan esensi cerita yang
ingin disampaikan.
Ada sebuah buku yang ditulis oleh Stephen King,
sebuah memoar non fiksi berjudul Stephen King
on Writing. Walaupun ditulis dengan
gaya bahasa non fiksi, buku tersebut merupakan sebuah memoir yang memuat kisah
hidup Stephen King (seorang penulis bestseller internasional dan banyak menulis
dengan genre horor), sarat pesan dan bagaimana perjuangannya menjadi penulis.
Buku tersebut walaupun bergenre non fiksi,
tetap ditulis dengan gaya bahasa ala bercerita yang tidak kaku.
Jika
kamu ingin menulis
sebuah buku berdasarkan kisah nyata dari catatatn harian seseorang namun tak
ingin mengolahnya menjadi novel, kamu bisa membuat buku ala Stephen King
tersebut. Tetapi jika menulis novel adalah pilihanmu, maka jangan pernah ragu untuk
memulainya karena begitu banyak kesan dan pesan sarat makna dalam kisah hidup
seseorang bahkan bisa jadi dari dirimu sendiri atau orang - orang di dekatmu.
Membagikan kisah itu sembari menyampaikan pesan tentang hidup dan bagaimana
memaknai hidup dalam sebuah novel dengan gaya bahasa khas sastra tentu akan
lebih menyenangkan untuk diterima para penikmat novel dimanapun mereka berada
tanpa kesan menggurui.
Jadi ....yuk mulai menulis novel dari
catatan harian :)
Riawani
Elyta
Risa
Mutia
No comments:
Post a Comment