23 May 2016

Profil #1 Smart Writer : Memetik Inspirasi sang Penulis Produktif Indah Hanaco

Halo sahabat Smart Writer. Semoga tetap semangat menulis ya :) Ada yang lagi butuh motivasi agar semangat menulisnya tetap terjaga? Nah, artikel kali ini pas banget deh.
Berbeda dari biasanya, kali ini Smart Writer menghadirkan profil seorang penulis produktif mbak Indah Hanaco yang akan berbagi kisah inspiratifnya selama menekuni dunia literasi hingga menjadi salah satu penulis novel paling produktif di tanah air saat ini.


Yuk, simak bincang-bincang Smart Writer bersama mbak Indah berikut ini :D

  •  Sejak kapan Mbak mulai suka menulis?
Saya sudah suka menulis sejak SMP. Mulai rutin menulis cerpen pas kuliah. Namun setelahnya sempat berhenti lebih dari 10 tahun. Kembali menulis tahun 2010, tapi baru memutuskan untuk fokus di dunia ini pertengahan 2012.
  •  Sampai hari ini, udah berapa buku yang Mbak hasilkan?
Untuk novel, baru 31. Selain itu ada buku anak, nonfiksi, hingga buku matematika.

*baru 31?? usep keringat* 

*mbak Indah ini termasuk penulis serbabisa lho. Salah satu resensi untuk karya mbak Indah bisa kamu baca di sini : Resensi In Absentia ; Kisah Cinta Penuh Warna
  •   Apa arti menulis buat Mbak?
Menulis itu jadi kesempatan luar biasa untuk membuka pintu ke dunia lain yang cuma berani diangankan. Membuat saya punya kesempatan untuk bermain-main dengan imajinasi. Anehnya, hal itu benar-benar membahagiakan.
Sekarang, menulis menjadi “me time” buat saya. Jadi, saya tidak lagi bete dan sejenisnya kalau belum punya kesempatan liburan. Justru dengan menulis saya bisa relaks, benar-benar menikmati hidup dan segala problematikanya.

*tuh, buat kamu yang sering bete, ayo jadiin menulis sebagai me time kaya' mbak Indah, supaya kamu bisa relaks dengan menulis*

  •   Darimana Mbak mendapatkan ide – ide untuk menulis?
Macam-macam, Mbak. Kadang dari lirik lagu, sepotong adegan yang saya lihat sambil lalu, sebuah informasi atau fakta menarik, gambaran yang menyambar kepala begitu saja. Belakangan, saya juga sering mendapat ide dari film dokumenter dan fakta-fakta unik yang akunnya saya follow di twitter.
Saya kadang melalui “pengalaman spiritual” yang tidak bisa dijelaskan. Saya pernah seakan berada di Oxford Street, London. Itu terjadi berhari-hari, sampai kemudian saya putuskan untuk mulai menulis naskah bersetting London. Padahal, sebelum itu saya tidak tertarik untuk menulis kisah dengan latar tempat di luar negeri. Lahirlah “A Scent of Love in London (Elexmedia, 2015)
Pernah juga ada gambaran seorang laki-laki sedang berdiri di balkon apartemennya dan memandang keriuhan Jakarta dengan murung. Bayangan itu muncul begitu saja saat saya dalam perjalanan pulang dari suatu acara di Jakarta. Sampai akhirnya saya mulai menuliskan kisah si pria misterius itu. Tapi saat ini naskahnya masih berada di antrean.
Begitulah kira-kira pengalaman saya.

  • Bagaimana cara Mbak mengembangkan ide – ide menjadi novel? Apa ditulis dulu sinopsis dan outline-nya atau langsung nulis novel dan membiarkan ide-idenya terus mengalir?
Dulu, langsung menulis naskah. Tapi kadang malah jadi kontraproduktif karena di tengah-tengah tidak bisa memutuskan ke mana cerita akan dibawa. Sekarang, saya berusaha untuk menulis sinopsis per bab sematang mungkin. Ternyata hal itu lumayan ampuh untuk menghadapi writer’s block.

*penulis sekelas mbak Indah aja nulis sinopsis dulu sebelum mulai menulis, masa' kamu enggak? :)*  

Baca : Mencipta pancing bernama sinopsis

  •           Bagaimana Mbak membagi waktu untuk tetap produktif menulis dengan aktifitas harian lainnya?
Tidak ada kiat khusus, sih. Selama berada di rumah dan urusan domestik sudah beres, saya pasti membuka laptop. Alhamdulillah, anak-anak sudah lumayan besar. Dan sejak kecil pun diajari mandiri dan menghargai orang lain yang sedang punya kesibukan sendiri. Jadi, mereka sangat jarang “mengganggu”. Bahkan, kalau saya menutup laptop, pasti ada saja yang akan bertanya, “Tumben nggak nulis?”

  •           Siapa penulis yang menginspirasi Mbak?
Sidney Sheldon. Karena plot novel-novel karya beliau yang meliuk-liuk dan tak pernah terduga, bikin saya pengin serius menjadi penulis. Meski sudah pasti takkan bisa mendekati kemampuan beliau, saya bahagia karena memilih profesi ini. Mungkin terdengar tak masuk akal, tapi dengan menulis saya bisa menemukan diri saya yang sesungguhnya. Menemukan hal-hal baru tak terduga yang ternyata saya miliki.
                                                                                 
  •       Kalo tidak salah, Mbak juga suka nonton film untuk mencari inspirasi. Film-film favorit seperti apa nih yang sering menginspirasi Mbak?
Saya suka nonton semua genre kecuali horor, Mbak. Jadi, sepanjang sinopsis menjanjikan atau bintangnya cukup familier, pasti nonton. Sering ketemu dialog atau adegan yang nempel di kepala dan memunculkan ide baru.

  •       Kalau boleh tahu, apa saja kendala – kendala yang dihadapi ketika menyelesaikan sebuah novel?
Untuk saya pribadi, karena kemampuan berbahasa Inggris yang sangat minim, itu sangat menyulitkan. Karena adakalanya saya harus riset dan data yang dibutuhkan cuma ada dalam bahasa Inggris. Hal itu membuat waktu terbuang banyak dan membuat pekerjaan tertunda.
Selain itu, saya tipe penulis yang terkena “kutukan pertengahan novel”. Seringnya, saya mulai mandek ketika sampai di pertengahan naskah.

  •         Berapa lama waktu yang Mbak butuhkan untuk menyelesaikan sebuah novel?
Tergantung kematangan outline, Mbak. Outline yang matang membuat pekerjaan jauh lebih mudah. Tapi kadang memang ada kisah yang memang mengalir lancar tanpa alasan yang jelas. Saat menulis naskah seperti itu, kata-kata seakan tidak lagi meluncur dari kepala, melainkan dari jari-jari.
Mungkin terdengar lebay, ya? Tapi memang itu yang saya alami. Ada naskah yang bisa selesai selama 9 dan 11 hari. Tahu-tahu naskah sudah mencapai ending tanpa kesulitan berarti. Tapi jika dirata-ratakan, umumnya saya mengerjakan 1 naskah dalam sebulan.

  •              Apa saja suka duka yang pernah Mbak alami sebagai penulis buku?
Banyaaak. Semuanya klise dan banyak dialami penulis lain. Tapi memang nyata, kok. Mulai dari royalti yang tidak dibayar, naskah yang dicuekin editor dan tidak ada kabar selama bertahun-tahun, pembaca yang tak puas dengan tulisanku dan memutuskan hal terbaik yang pantas dilakukan adalah memaki, bukti terbit yang cuma dikirim dalam kantong plastik, hingga bukti terbit yang tidak dikirim kecuali menghubungi penerbit hingga berkali-kali.
Pahit, sih. Tapi yang manisnya juga tidak terhingga. Dan aku lebih fokus untuk mengingat hal-hal baik yang terjadi saja.

  •     Boleh tahu nggak 3 judul buku yang sangat Mbak sukai dan menginspirasi buat Mbak dan mengapa Mbak menyukainya?
Duh Mbak, saya bingung kalau cuma diminta menyebutkan 3 judul buku. Karena ada terlalu banyak buku yang kusukai. Bahkan saking sukanya, beberapa buku sengaja beli lebih dari 1 eks.
Kalau boleh, saya pengin menyebutkan 3 penulis yang begitu saya sukai dan menginspirasi.
Sidney Sheldon, alasannya sudah saya sebutkan di atas. Juga tema yang unik dan tidak pernah sama.
Lorraine Heath, karena kemampuan mengolah konflik dan membuat pembaca menangis meski tidak menggunakan kalimat berlebihan yang mendayu-dayu. Tokoh-tokohnya tidak sempurna, tapi justru meninggalkan bekas yang kuat di ingatan pembaca. Saya juga sangat yakin, beliau menulis dengan hati. Pembaca bisa merasakannya.
Julie Garwood, menulis berbagai genre dengan sangat baik. Dia mampu menulis tokoh dari abad pertengahan di Inggris hingga perempuan kota besar masa kini di Amerika dengan sama baiknya, tanpa pembaca merasa janggal. Alur  dan karakter membuat pembaca tak sabar ingin menuntaskan kisahnya.
Mereka bertiga, di antara banyak penulis favorit lainnya, membuat saya selalu berusaha menulis lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Saya takkan bisa menyamai mereka atau penulis hebat lainnya. Tapi minimal saya jadi termotivasi untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas tulisan.

  •           Apa yang Mbak lakukan ketika mengalami kemandegan dalam menulis?
Saya tetap menulis, Mbak. Teori menghadapi writer’s block adalah meninggalkan naskah dan melakukan aktivitas lain. Saya pernah mencoba ini dan malah kebablasan. Entah itu tergoda mengerjakan naskah baru, atau sengaja meninggalkan naskah yang mandek hingga bertahun-tahun.
Jadi saya lebih memilih untuk menghadapi kesulitan ini. Karena menurut saya, kalaupun ditinggal, tidak lantas menyelesaikan masalah. Ibarat mobil, terjebak di lumpur dalam perjalanan ke suatu tempat. Kalau saya meninggalkan mobil dan melakukan aktivitas lain untuk tujuan rileksasi atau sejenisnya, saat kembali, mobil tetap ada di posisinya, kan? Kecuali saya berupaya untuk mengeluarkannya dari lumpur.
Jadi, sebagai upaya untuk “mengeluarkan mobil dari lumpur”, saya tetap menulis meski mungkin sehari cuma menghasilkan satu kalimat atau satu paragraf. Tapi biasanya setelah beberapa hari, mulai lancar lagi.

  •            Boleh sharing dong tips – tips Mbak untuk penulis pemula :)
Jangan mudah menyerah. Penolakan dari editor tak perlu membuat patah hati. Naskah yang ditolak tidak melulu berhubungan dengan kualitas. Bisa jadi karena tidak sesuai dengan selera editor.
Jangan sedih jika membaca review negatif dari pembaca. Menulis itu seharusnya membuat orang bahagia, bukan membebani. Ingatlah satu hal, kita tidak bisa memuaskan semua orang. Bahkan Tuhan saja banyak diprotes, kan? Jadi, pastikan kita memang bahagia saat menulis satu naskah. Itu yang paling penting.

Bersabar. Menjadi penulis berarti harus menyiapkan stok kesabaran yang tak terhingga. Perjalanan naskah mulai dari ditulis, dikirim ke penerbit, hingga proses terbitnya, bisa memakan waktu bertahun-tahun. Jika tidak siap mental untuk menghadapi jalan yang berliku, lebih baik pilih profesi lain.

Belajar tanpa henti. Merasa puas dengan karya kita bisa menjadi semacam bunuh diri tanpa disadari. Itu pantangan terbesar bagi seorang penulis. Merasa puas, akan membuat kita berhenti mengeksplorasi hal-hal baru di luar sana. Banyaklah membaca karya penulis lain, jangan terpaku pada satu genre semata.

Selalu berusaha mengirimkan naskah yang minim kesalahan pada editor. Mulai dari minim typo, minim plot yang bolong. Intinya, kita berusaha membuat editor sulit menolak naskah kita. Jangan lupa untuk belajar KBBI dan tesaurus. Berupaya untuk selalu memperkaya kosakata.

Pilih penerbit yang berkualitas. Jangan pernah merasa bahwa “penulis pemula” sebaiknya mencoba di penerbit ala kadarnya terlebih dahulu. Hargai jerih payahmu dan jangan pernah memandang rendah upaya yang sudah dilakukan untuk membereskan satu naskah. Pilih penerbit besar yang biasanya memberi penghargaan pada karya penulis. Jangan takut bersaing dengan penulis lain. Pada dasarnya, semua penulis top di luar sana pun memulai kariernya sebagai “pemula”.

Terima kasih banyak untuk mbak Indah dan semoga sukses selalu yaa :)
Buat kamu yang udah baca hasil wawancara ini, jangan lupa baca karya-karya mbak Indah Hanaco ya ;) Ini nih novel-novel mbak Indah yang terbit di tahun 2016 yang layak kamu koleksi  :



 



8 comments:

  1. terima kasih banyak sharingnya, mba indah. berharga banget untuk saya yang sedang loyo menulis nih. terima kasih juga buat mimin smart nulis ...

    ReplyDelete
  2. sharing yang membuka pikiran dan motivasi, terima kasih

    ReplyDelete
  3. Dapat suntikan penyemangat, nih. 😁

    ReplyDelete
  4. Sungguh tulisan ini menggugah saya tuk belajar nulis lagi. Mba Ria miss you.. ini muridmu yang beler

    ReplyDelete
  5. mampir kesini dan tercerahkan. very nice share, mbak :)

    ReplyDelete
  6. Wah, inspiratif. Memang kudu bikin sinopsis per bab kalau mau cepat selesai, ya. Terima kasih sudah memuat wawancara ini, Mbak

    ReplyDelete
  7. Mbak Ria, makasih udah mewawancara Mbak Indah yaaa...

    ReplyDelete