25 October 2016

7 Tips Menulis Novel Anak



7 Tips Menulis Novel Anak

Hai…hai…hai, kali ini Smart Writer akan membahas bagaimana menghasilkan novel anak yang keren. Novel anak adalah novel yang ditujukan untuk segmen pembaca anak-anak. Cerita yang ditulis memiliki tujuan memberikan pelajaran kepada anak melalui penyelipan nilai-nilai moral kebaikan.

Peluang penulisan di segmen ini masih terbuka sangat lebar. Kedatangan penulis-penulis handal yang mampu merangkai kebaikan lewat pesan-pesan sederhana yang mampu diserap anak-anak masih terus dinantikan. Melalui pesan-pesan kebaikan didalam novel anak, diharapkan dapat menjadi pembentuk karakter yang baik sekaligus bisa membangkitkan minat baca anak. Dengan menulis novel anak,  kita bisa ikut membangun bangsa ini melalui bacaan yang bisa dijadikan referensi oleh anak-anak yang di kemudian hari bisa kembali mereka tularkan kepada anak-anak mereka, generasi penerus bangsa yang kita cintai ini.

Apa saja tips – tips menghasilkan novel anak yang keren? Ini dia :
     1.      Memperhatikan karakter anak-anak
Berbeda dengan novel dewasa, ketika menulis novel anak, kita perlu memperhatikan karakter anak lewat pengamatan langsung. Kita pernah menjadi anak dan memiliki memori tentang bagaimana perasaan anak-anak, namun dengan pengamatan langsung, kita bisa kembali me-refresh bagaimana rasanya menjadi anak-anak.

Anak-anak memiliki sifat keingintahuan yang besar, mereka mudah berbaikan walaupun tadinya sudah bertengkar dengan temannya, mereka mudah tertawa bahkan untuk hal-hal kecil, mereka jujur dan sulit diminta diam untuk waktu yang lama. Sifat-sifat anak ini diperlukan ketika kita membangun karakter tokoh-tokoh dalam novel kita. Demikian juga melihat konflik yang mungkin timbul dalam kehidupan seorang anak, bagaimana anak-anak memandang kehidupan dalam lingkungan hidup yang berbeda-beda dan bagaimana mereka menyelesaikan masalah dengan cara mereka yang sederhana.

      2.      Menggunakan bahasa yang sederhana dan halus
Untuk dialog, gunakan bahasa yang lugas, tidak ribet dan hindari kata-kata kasar. Anak-anak belum memahami kalimat-kalimat panjang yang mengandung makna tersirat. Mereka lebih mengerti bahasa singkat dengan arti sederhana sesuai tingkat usia mereka. Pembaca novel anak adalah anak dengan beberapa segmen usia, mulai dari usia 5- 8 tahun dan 8-13 tahunan. Rentang logika dan pemahaman bahasa anak – anak pada usia ini juga bertambah secara bertahap sehingga kita perlu memilih gaya bahasa yang bisa dipahami oleh rata-rata usia mereka.

      3.      Membuat penokohan yang tidak biasa
Dalam novel anak, sah – sah saja membuat karakter bukan manusia, misalnya hewan yang bisa berbicara. Memasukkan unsur fantasi seringkali dilakukan oleh penulis novel anak karena dunia anak adalah dunia yang penuh imajinasi. Anak-anak di usia pra sekolah bahkan sering mencampuradukkan dunia nyata dengan dunia imajinasi dan mereka menyukai dunia penuh warna-warni. Kewarna-warnian ini bisa dihadirkan salah satunya lewat karakter tokoh yang bukan manusia. 

      4.       Menulis akhir yang happy ending
Walaupun tetap ada realita yang harus dihadirkan, misalnya tidak semua kehidupan anak ceria dan tanpa masalah, namun tetap usahakan untuk memberikan akhir yang bahagia. Anak-anak menyukai cerita yang berakhir dengan kebahagiaan. Penting untuk memberikan pesan bahwa dunia yang mereka tinggali selalu memberikan harapan dan kebahagiaan selama mereka bisa menyelesaikan masalah dengan cara yang baik. Penting untuk membangun semangat berjuang anak dan menyelipkan pesan – pesan kebaikan yang halus lewat cerita anak yang masalah – masalah tokoh utamanya berakhir dengan bahagia.

      5.      Tambahkan gambar (ilustrasi)
Kamu bisa menambahkan gambar untuk membuat sebuah novel anak lebih menarik selain untuk memperjelas gambaran tokoh dan jalan cerita. Anak-anak lebih mudah memahami lewat gambar ketimbang tulisan panjang. Bahkan membuat novel interaktif dimana ada halaman dimana anak bisa mewarnai, menempel sticker, menempel foto mereka sendiri, berhitung dan sebagainya juga bisa dilakukan, tentunya dengan menyelipkan segmen usia berapa yang sesuai untuk novel jenis ini. Jika kita tidak bisa menggambar sendiri, kita bisa menyertakan story board berisi konsep ilustrasi yang kita inginkan saat mengirim naskah ke penerbit, maka penerbitlah yang kemudian akan mencarikan ilustrator yang cocok. Tentunya jika naskah dan konsep kita disetujui oleh penerbit.

      6.      Membuat cerita yang sederhana
Cerita anak tidak perlu ribet, konfliknya tidak perlu banyak, namun sesederhana apapun konflik tersebut, gambarkan juga bahwa tidak semua tokoh antagonis selalu jahat dan mereka berbuat jahat karena ada alasan tertentu. Genre dalam cerita anak pun bermacam-macam, misalnya fantasi, futuristik, misteri atau detektif. Apapun genre yang kita pilih, tetaplah membuat jalan cerita yang sederhana, berangkat dari ide yang sederhana namun menampilkan jalan cerita yang mengandung misi pembangun kebaikan anak.

      7.      Menulis cerita anak sesuai momentum dan tema tertentu
Ini bedanya menulis novel anak dengan menulis novel pada umumnya. Ketika kita menulis novel anak, kita bisa menulis novel yang sesuai dengan momentum, misalnya momentum puasa, lebaran, liburan dengan diselipkan pembelajaran dalam momentum tersebut, termasuk jika ingin mengajarkan banyak hal/ilmu pengetahuan misalnya tentang luar angkasa, anatomi tubuh manusia, hewan-hewan dalam air, bisa kita sampaikan dalam novel anak-anak. Jadi selain memberikan cerita yang menghibur, novel tersebut juga bisa memberikan  pengetahuan yang menambah wawasan anak.  

You are what you read, ingat slogan sakti ini? Kita adalah hasil dari apa yang kita baca. Ingin memiliki generasi cerdas? Maka cerdaskanlah bacaannya.

Mari membuat novel anak yang keren dan mencerminkan kepribadian generasi penerus bangsa yang berbudi pekerti luhur. Sebagai penulis, kita memiliki tanggung jawab untuk menelurkan tulisan yang bermoral terutama untuk anak-anak. Apalagi minat baca bangsa Indonesia masih sangat rendah. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, yang mengurutkan minat baca dari berbagai Negara, Indonesia menempati urutan ke 60 dari 61 negara, satu tingkat di atas Bostwana. 

Sebenarnya penelitian ini melibatkan 200 negara namun karena kurangnya data, data yang didapat adalah sebanyak 61 negara saja. Menurut John Miller, Presiden dari Central Connecticut State University, kesejahteraan ekonomi suatu negara ada hubungannya dengan melek huruf atau budaya baca masyarakatnya. Masyarakat yang tidak membudayakan membaca seringkali bermoral rendah, pikiran dan tubuhnya tidak ‘berisi’, cenderung menekan hak asasi manusia dan harga diri, brutal dan kasar (sumber : 4muda.com). Terlepas dari bagaimanapun hasil penelitian tersebut, kita memiliki PR besar untuk melahirkan pembaca-pembaca muda yang mencintai aktifitas baca melalui penyediaan buku-buku bernutrisi yang mencerdaskan mereka.

Jadi, tunggu apa lagi. Mari belajar menulis novel anak untuk kita persembahkan kepada para pembaca kecil bercita-cita besar di seluruh negeri ini untuk masa depan generasi yang lebih baik.

Risa Mutia



5 comments: