Halo sahabat Smart Writer. Semoga tetap semangat menulis ya :) Ada yang lagi butuh motivasi agar semangat menulisnya tetap terjaga? Nah, artikel kali ini pas banget deh.
Berbeda dari biasanya, kali ini Smart Writer menghadirkan profil seorang penulis produktif mbak Indah Hanaco yang akan berbagi kisah inspiratifnya selama menekuni dunia literasi hingga menjadi salah satu penulis novel paling produktif di tanah air saat ini.
Yuk, simak bincang-bincang Smart Writer bersama mbak Indah berikut ini :D
- Sejak kapan Mbak mulai suka menulis?
Saya sudah suka menulis sejak
SMP. Mulai rutin menulis cerpen pas kuliah. Namun setelahnya sempat berhenti
lebih dari 10 tahun. Kembali menulis tahun 2010, tapi baru memutuskan untuk
fokus di dunia ini pertengahan 2012.
- Sampai hari ini, udah berapa buku yang Mbak hasilkan?
Untuk novel, baru 31. Selain
itu ada buku anak, nonfiksi, hingga buku matematika.
*baru 31?? usep keringat*
*mbak Indah ini termasuk penulis serbabisa lho. Salah satu resensi untuk karya mbak Indah bisa kamu baca di sini : Resensi In Absentia ; Kisah Cinta Penuh Warna.
*mbak Indah ini termasuk penulis serbabisa lho. Salah satu resensi untuk karya mbak Indah bisa kamu baca di sini : Resensi In Absentia ; Kisah Cinta Penuh Warna.
- Apa arti menulis buat Mbak?
Menulis itu jadi kesempatan
luar biasa untuk membuka pintu ke dunia lain yang cuma berani diangankan.
Membuat saya punya kesempatan untuk bermain-main dengan imajinasi. Anehnya, hal
itu benar-benar membahagiakan.
Sekarang, menulis menjadi “me
time” buat saya. Jadi, saya tidak lagi bete dan sejenisnya kalau belum punya
kesempatan liburan. Justru dengan menulis saya bisa relaks, benar-benar menikmati
hidup dan segala problematikanya.
*tuh, buat kamu yang sering bete, ayo jadiin menulis sebagai me time kaya' mbak Indah, supaya kamu bisa relaks dengan menulis*
- Darimana Mbak mendapatkan ide – ide untuk menulis?
Macam-macam, Mbak. Kadang dari
lirik lagu, sepotong adegan yang saya lihat sambil lalu, sebuah informasi atau
fakta menarik, gambaran yang menyambar kepala begitu saja. Belakangan, saya
juga sering mendapat ide dari film dokumenter dan fakta-fakta unik yang akunnya
saya follow di twitter.
Saya kadang melalui “pengalaman
spiritual” yang tidak bisa dijelaskan. Saya pernah seakan berada di Oxford
Street, London. Itu terjadi berhari-hari, sampai kemudian saya putuskan untuk
mulai menulis naskah bersetting London. Padahal, sebelum itu saya tidak
tertarik untuk menulis kisah dengan latar tempat di luar negeri. Lahirlah “A
Scent of Love in London (Elexmedia, 2015)
Pernah juga ada gambaran
seorang laki-laki sedang berdiri di balkon apartemennya dan memandang keriuhan
Jakarta dengan murung. Bayangan itu muncul begitu saja saat saya dalam
perjalanan pulang dari suatu acara di Jakarta. Sampai akhirnya saya mulai
menuliskan kisah si pria misterius itu. Tapi saat ini naskahnya masih berada di
antrean.
Begitulah kira-kira pengalaman
saya.
- Bagaimana cara Mbak mengembangkan ide – ide menjadi novel? Apa ditulis dulu sinopsis dan outline-nya atau langsung nulis novel dan membiarkan ide-idenya terus mengalir?
Dulu, langsung menulis naskah.
Tapi kadang malah jadi kontraproduktif karena di tengah-tengah tidak bisa
memutuskan ke mana cerita akan dibawa. Sekarang, saya berusaha untuk menulis
sinopsis per bab sematang mungkin. Ternyata hal itu lumayan ampuh untuk
menghadapi writer’s block.
*penulis sekelas mbak Indah aja nulis sinopsis dulu sebelum mulai menulis, masa' kamu enggak? :)*
Baca : Mencipta pancing bernama sinopsis
Baca : Mencipta pancing bernama sinopsis
- Bagaimana Mbak membagi waktu untuk tetap produktif menulis dengan aktifitas harian lainnya?
Tidak ada kiat khusus, sih.
Selama berada di rumah dan urusan domestik sudah beres, saya pasti membuka
laptop. Alhamdulillah, anak-anak sudah lumayan besar. Dan sejak kecil pun
diajari mandiri dan menghargai orang lain yang sedang punya kesibukan sendiri.
Jadi, mereka sangat jarang “mengganggu”. Bahkan, kalau saya menutup laptop,
pasti ada saja yang akan bertanya, “Tumben nggak nulis?”
- Siapa penulis yang menginspirasi Mbak?
Sidney Sheldon. Karena plot
novel-novel karya beliau yang meliuk-liuk dan tak pernah terduga, bikin saya
pengin serius menjadi penulis. Meski sudah pasti takkan bisa mendekati
kemampuan beliau, saya bahagia karena memilih profesi ini. Mungkin terdengar
tak masuk akal, tapi dengan menulis saya bisa menemukan diri saya yang
sesungguhnya. Menemukan hal-hal baru tak terduga yang ternyata saya miliki.
- Kalo tidak salah, Mbak juga suka nonton film untuk mencari inspirasi. Film-film favorit seperti apa nih yang sering menginspirasi Mbak?
Saya suka nonton semua genre
kecuali horor, Mbak. Jadi, sepanjang sinopsis menjanjikan atau bintangnya cukup
familier, pasti nonton. Sering ketemu dialog atau adegan yang nempel di kepala
dan memunculkan ide baru.
- Kalau boleh tahu, apa saja kendala – kendala yang dihadapi ketika menyelesaikan sebuah novel?
Untuk saya pribadi, karena
kemampuan berbahasa Inggris yang sangat minim, itu sangat menyulitkan. Karena
adakalanya saya harus riset dan data yang dibutuhkan cuma ada dalam bahasa
Inggris. Hal itu membuat waktu terbuang banyak dan membuat pekerjaan tertunda.
Selain itu, saya tipe penulis
yang terkena “kutukan pertengahan novel”. Seringnya, saya mulai mandek ketika
sampai di pertengahan naskah.
- Berapa lama waktu yang Mbak butuhkan untuk menyelesaikan sebuah novel?
Tergantung kematangan outline, Mbak. Outline
yang matang membuat pekerjaan jauh lebih mudah. Tapi kadang memang ada kisah
yang memang mengalir lancar tanpa alasan yang jelas. Saat menulis naskah
seperti itu, kata-kata seakan tidak lagi meluncur dari kepala, melainkan dari
jari-jari.
Mungkin terdengar lebay, ya?
Tapi memang itu yang saya alami. Ada naskah yang bisa selesai selama 9 dan 11
hari. Tahu-tahu naskah sudah mencapai ending
tanpa kesulitan berarti. Tapi jika dirata-ratakan, umumnya saya mengerjakan 1
naskah dalam sebulan.
- Apa saja suka duka yang pernah Mbak alami sebagai penulis buku?
Banyaaak. Semuanya klise dan
banyak dialami penulis lain. Tapi memang nyata, kok. Mulai dari royalti yang
tidak dibayar, naskah yang dicuekin editor dan tidak ada kabar selama
bertahun-tahun, pembaca yang tak puas dengan tulisanku dan memutuskan hal
terbaik yang pantas dilakukan adalah memaki, bukti terbit yang cuma dikirim
dalam kantong plastik, hingga bukti terbit yang tidak dikirim kecuali
menghubungi penerbit hingga berkali-kali.
Pahit, sih. Tapi yang manisnya
juga tidak terhingga. Dan aku lebih fokus untuk mengingat hal-hal baik yang
terjadi saja.
- Boleh tahu nggak 3 judul buku yang sangat Mbak sukai dan menginspirasi buat Mbak dan mengapa Mbak menyukainya?
Duh Mbak, saya bingung kalau
cuma diminta menyebutkan 3 judul buku. Karena ada terlalu banyak buku yang
kusukai. Bahkan saking sukanya, beberapa buku sengaja beli lebih dari 1 eks.
Kalau boleh, saya pengin
menyebutkan 3 penulis yang begitu saya sukai dan menginspirasi.
Sidney Sheldon, alasannya sudah
saya sebutkan di atas. Juga tema yang unik dan tidak pernah sama.
Lorraine Heath, karena
kemampuan mengolah konflik dan membuat pembaca menangis meski tidak menggunakan
kalimat berlebihan yang mendayu-dayu. Tokoh-tokohnya tidak sempurna, tapi
justru meninggalkan bekas yang kuat di ingatan pembaca. Saya juga sangat yakin,
beliau menulis dengan hati. Pembaca bisa merasakannya.
Julie Garwood, menulis berbagai
genre dengan sangat baik. Dia mampu menulis tokoh dari abad pertengahan di
Inggris hingga perempuan kota besar masa kini di Amerika dengan sama baiknya, tanpa pembaca merasa
janggal. Alur dan karakter membuat
pembaca tak sabar ingin menuntaskan kisahnya.
Mereka bertiga, di antara
banyak penulis favorit lainnya, membuat saya selalu berusaha menulis lebih baik
lagi dari waktu ke waktu. Saya takkan bisa menyamai mereka atau penulis hebat
lainnya. Tapi minimal saya jadi termotivasi untuk selalu berusaha meningkatkan
kualitas tulisan.
- Apa yang Mbak lakukan ketika mengalami kemandegan dalam menulis?
Saya tetap menulis, Mbak. Teori
menghadapi writer’s block adalah
meninggalkan naskah dan melakukan aktivitas lain. Saya pernah mencoba ini dan
malah kebablasan. Entah itu tergoda mengerjakan naskah baru, atau sengaja
meninggalkan naskah yang mandek hingga bertahun-tahun.
Jadi saya lebih memilih untuk
menghadapi kesulitan ini. Karena menurut saya, kalaupun ditinggal, tidak lantas
menyelesaikan masalah. Ibarat mobil, terjebak di lumpur dalam perjalanan ke
suatu tempat. Kalau saya meninggalkan mobil dan melakukan aktivitas lain untuk
tujuan rileksasi atau sejenisnya, saat kembali, mobil tetap ada di posisinya,
kan? Kecuali saya berupaya untuk mengeluarkannya dari lumpur.
Jadi, sebagai upaya untuk
“mengeluarkan mobil dari lumpur”, saya tetap menulis meski mungkin sehari cuma
menghasilkan satu kalimat atau satu paragraf. Tapi biasanya setelah beberapa
hari, mulai lancar lagi.
- Boleh sharing dong tips – tips Mbak untuk penulis pemula :)
Jangan mudah menyerah.
Penolakan dari editor tak perlu membuat patah hati. Naskah yang ditolak tidak
melulu berhubungan dengan kualitas. Bisa jadi karena tidak sesuai dengan selera
editor.
Jangan sedih jika membaca review negatif dari pembaca. Menulis itu
seharusnya membuat orang bahagia, bukan membebani. Ingatlah satu hal, kita
tidak bisa memuaskan semua orang. Bahkan Tuhan saja banyak diprotes, kan? Jadi,
pastikan kita memang bahagia saat menulis satu naskah. Itu yang paling penting.
Bersabar. Menjadi penulis berarti harus menyiapkan stok kesabaran yang tak terhingga. Perjalanan naskah mulai dari ditulis, dikirim ke penerbit, hingga proses terbitnya, bisa memakan waktu bertahun-tahun. Jika tidak siap mental untuk menghadapi jalan yang berliku, lebih baik pilih profesi lain.
Belajar tanpa henti. Merasa puas dengan karya kita bisa menjadi semacam bunuh diri tanpa disadari. Itu pantangan terbesar bagi seorang penulis. Merasa puas, akan membuat kita berhenti mengeksplorasi hal-hal baru di luar sana. Banyaklah membaca karya penulis lain, jangan terpaku pada satu genre semata.
Selalu berusaha mengirimkan naskah yang minim kesalahan pada editor. Mulai dari minim typo, minim plot yang bolong. Intinya, kita berusaha membuat editor sulit menolak naskah kita. Jangan lupa untuk belajar KBBI dan tesaurus. Berupaya untuk selalu memperkaya kosakata.
Pilih penerbit yang berkualitas. Jangan pernah merasa bahwa “penulis pemula” sebaiknya mencoba di penerbit ala kadarnya terlebih dahulu. Hargai jerih payahmu dan jangan pernah memandang rendah upaya yang sudah dilakukan untuk membereskan satu naskah. Pilih penerbit besar yang biasanya memberi penghargaan pada karya penulis. Jangan takut bersaing dengan penulis lain. Pada dasarnya, semua penulis top di luar sana pun memulai kariernya sebagai “pemula”.
Terima kasih banyak untuk mbak Indah dan semoga sukses selalu yaa :)
Buat kamu yang udah baca hasil wawancara ini, jangan lupa baca karya-karya mbak Indah Hanaco ya ;) Ini nih novel-novel mbak Indah yang terbit di tahun 2016 yang layak kamu koleksi :
Buat kamu yang udah baca hasil wawancara ini, jangan lupa baca karya-karya mbak Indah Hanaco ya ;) Ini nih novel-novel mbak Indah yang terbit di tahun 2016 yang layak kamu koleksi :
terima kasih banyak sharingnya, mba indah. berharga banget untuk saya yang sedang loyo menulis nih. terima kasih juga buat mimin smart nulis ...
ReplyDeletesharing yang membuka pikiran dan motivasi, terima kasih
ReplyDeleteDapat suntikan penyemangat, nih. 😁
ReplyDeleteSungguh tulisan ini menggugah saya tuk belajar nulis lagi. Mba Ria miss you.. ini muridmu yang beler
ReplyDeletemampir kesini dan tercerahkan. very nice share, mbak :)
ReplyDeleteMenginspirasi
ReplyDeleteWah, inspiratif. Memang kudu bikin sinopsis per bab kalau mau cepat selesai, ya. Terima kasih sudah memuat wawancara ini, Mbak
ReplyDeleteMbak Ria, makasih udah mewawancara Mbak Indah yaaa...
ReplyDelete