Hai…hai…hai,
kali ini Smart Writer
akan membahas bagaimana menghasilkan novel anak yang keren. Novel anak adalah
novel yang ditujukan untuk segmen pembaca anak-anak. Cerita yang ditulis
memiliki tujuan memberikan pelajaran kepada anak melalui penyelipan nilai-nilai
moral kebaikan.
Peluang
penulisan di segmen ini masih terbuka sangat lebar. Kedatangan penulis-penulis
handal yang mampu merangkai kebaikan lewat pesan-pesan sederhana yang mampu
diserap anak-anak masih terus dinantikan.
Melalui pesan-pesan kebaikan didalam novel anak, diharapkan dapat menjadi pembentuk
karakter yang baik sekaligus bisa membangkitkan minat baca anak. Dengan menulis novel
anak, kita bisa ikut membangun bangsa
ini melalui bacaan yang bisa
dijadikan referensi oleh anak-anak yang di kemudian hari bisa kembali mereka
tularkan kepada anak-anak mereka, generasi penerus bangsa yang kita cintai ini.
Apa
saja tips – tips menghasilkan novel anak yang keren? Ini dia :
1. Memperhatikan
karakter anak-anak
Berbeda
dengan novel dewasa, ketika menulis novel anak, kita perlu memperhatikan
karakter anak lewat pengamatan langsung. Kita pernah menjadi anak dan memiliki
memori tentang bagaimana perasaan anak-anak, namun dengan pengamatan langsung,
kita bisa kembali me-refresh
bagaimana rasanya menjadi anak-anak.
Anak-anak
memiliki sifat keingintahuan yang besar, mereka mudah berbaikan walaupun
tadinya sudah bertengkar dengan temannya, mereka mudah tertawa bahkan untuk
hal-hal kecil, mereka jujur dan sulit diminta diam untuk waktu yang lama.
Sifat-sifat anak ini diperlukan ketika kita membangun karakter tokoh-tokoh
dalam novel kita. Demikian juga melihat konflik yang mungkin timbul dalam
kehidupan seorang anak,
bagaimana anak-anak memandang kehidupan dalam lingkungan hidup yang
berbeda-beda dan bagaimana mereka menyelesaikan masalah dengan cara mereka yang
sederhana.
2. Menggunakan
bahasa yang sederhana dan halus
Untuk
dialog, gunakan bahasa yang lugas, tidak ribet dan hindari kata-kata kasar.
Anak-anak belum memahami kalimat-kalimat panjang yang mengandung makna
tersirat. Mereka lebih mengerti bahasa singkat dengan arti sederhana sesuai
tingkat usia mereka. Pembaca novel anak adalah anak dengan beberapa segmen
usia, mulai dari usia 5- 8 tahun dan 8-13 tahunan. Rentang logika dan pemahaman
bahasa anak – anak pada usia ini juga bertambah secara bertahap sehingga kita
perlu memilih gaya bahasa yang bisa dipahami oleh rata-rata usia mereka.
3. Membuat
penokohan yang tidak biasa
Dalam
novel anak, sah – sah saja membuat karakter bukan manusia, misalnya hewan yang
bisa berbicara. Memasukkan unsur fantasi seringkali dilakukan oleh penulis
novel anak karena dunia anak adalah dunia yang penuh imajinasi. Anak-anak di
usia pra sekolah bahkan sering mencampuradukkan dunia nyata dengan dunia
imajinasi dan mereka menyukai dunia penuh warna-warni. Kewarna-warnian ini bisa dihadirkan
salah satunya lewat karakter tokoh yang bukan manusia.
4. Menulis akhir yang happy ending
Walaupun
tetap ada realita yang harus dihadirkan,
misalnya tidak semua kehidupan anak ceria dan tanpa masalah, namun tetap
usahakan untuk memberikan
akhir yang bahagia. Anak-anak menyukai cerita yang berakhir dengan kebahagiaan.
Penting untuk memberikan pesan bahwa dunia yang mereka tinggali selalu
memberikan harapan dan kebahagiaan selama mereka bisa menyelesaikan masalah
dengan cara yang baik. Penting untuk membangun semangat berjuang anak dan
menyelipkan pesan – pesan kebaikan yang halus lewat cerita anak yang masalah –
masalah tokoh utamanya berakhir dengan bahagia.
5. Tambahkan
gambar (ilustrasi)
Kamu
bisa menambahkan gambar untuk membuat sebuah
novel anak lebih menarik selain
untuk memperjelas gambaran tokoh dan jalan cerita. Anak-anak lebih mudah memahami lewat
gambar ketimbang tulisan panjang. Bahkan membuat novel interaktif dimana ada
halaman dimana anak bisa mewarnai, menempel sticker, menempel foto mereka
sendiri, berhitung dan sebagainya juga
bisa dilakukan, tentunya dengan menyelipkan segmen usia berapa yang sesuai
untuk novel jenis ini. Jika kita tidak
bisa menggambar sendiri, kita bisa menyertakan story board berisi konsep
ilustrasi yang kita inginkan saat mengirim naskah ke penerbit, maka penerbitlah
yang kemudian akan mencarikan ilustrator yang cocok. Tentunya jika naskah dan
konsep kita disetujui oleh penerbit.
6. Membuat
cerita yang sederhana
Cerita
anak tidak perlu ribet, konfliknya tidak perlu banyak, namun sesederhana apapun
konflik tersebut, gambarkan juga bahwa tidak
semua tokoh antagonis selalu jahat dan mereka berbuat jahat karena ada alasan
tertentu. Genre dalam cerita anak pun bermacam-macam, misalnya fantasi, futuristik,
misteri atau detektif. Apapun
genre yang kita pilih, tetaplah membuat jalan cerita yang sederhana, berangkat
dari ide yang sederhana namun menampilkan jalan cerita yang mengandung misi pembangun
kebaikan anak.
7. Menulis
cerita anak sesuai momentum dan tema tertentu
Ini
bedanya menulis novel anak dengan menulis novel pada umumnya. Ketika kita
menulis novel anak, kita bisa menulis novel yang sesuai dengan momentum,
misalnya momentum puasa, lebaran, liburan dengan diselipkan pembelajaran dalam
momentum tersebut,
termasuk jika ingin mengajarkan banyak hal/ilmu pengetahuan misalnya tentang
luar angkasa, anatomi tubuh manusia, hewan-hewan dalam air, bisa kita sampaikan
dalam novel anak-anak. Jadi selain memberikan
cerita yang menghibur, novel tersebut juga bisa memberikan pengetahuan yang menambah wawasan anak.
You are what you read,
ingat slogan sakti ini? Kita adalah hasil dari apa yang kita baca. Ingin memiliki
generasi cerdas?
Maka cerdaskanlah bacaannya.
Mari membuat novel anak
yang keren dan mencerminkan
kepribadian generasi penerus bangsa yang berbudi pekerti luhur. Sebagai
penulis, kita memiliki tanggung jawab untuk menelurkan tulisan yang bermoral
terutama untuk anak-anak. Apalagi minat baca bangsa Indonesia masih sangat
rendah. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State
University, yang mengurutkan minat baca dari berbagai Negara, Indonesia
menempati urutan ke 60 dari 61 negara, satu tingkat di atas Bostwana.
Sebenarnya
penelitian ini melibatkan 200 negara namun karena kurangnya data, data yang
didapat adalah sebanyak 61 negara saja. Menurut John Miller, Presiden dari Central
Connecticut State University, kesejahteraan ekonomi suatu negara ada
hubungannya dengan melek huruf atau budaya baca masyarakatnya. Masyarakat yang
tidak membudayakan membaca seringkali bermoral rendah, pikiran dan tubuhnya
tidak ‘berisi’, cenderung menekan hak asasi manusia dan harga diri, brutal dan
kasar (sumber : 4muda.com). Terlepas dari bagaimanapun hasil penelitian
tersebut, kita memiliki PR
besar untuk melahirkan pembaca-pembaca muda yang mencintai aktifitas baca
melalui penyediaan buku-buku bernutrisi yang mencerdaskan mereka.
Jadi,
tunggu apa lagi. Mari belajar menulis novel
anak untuk kita persembahkan kepada para pembaca
kecil bercita-cita besar di seluruh negeri
ini untuk masa depan generasi yang lebih baik.
Risa Mutia
ikutan mencari ilmu mbak. terima kasih :)
ReplyDeletemakasih sharing ilmunya mbak
ReplyDeleteMakasih ilmunya
ReplyDeleteTerima kasih ilmunya
ReplyDeleteTerima kasih ilmunya
ReplyDelete