Ketika kita akan
menulis sebuah novel, kita membutuhkan sebuah premis. Premis ibarat benang merah yang
akan selalu membawamu kembali. Premis bisa dibilang mirip sinopsis atau
tema, hanya saja pada premis, ada beberapa unsur yang harus ditonjolkan yaitu
penokohan utama, konflik yang dihadapi serta penyelesaian dari konflik
tersebut. Premis bisa diibaratkan semacam benang merah yang akan terus mengikat
kita agar tak lari dan melebar kemana-mana dari ide dasar penulisan awal novel
kita tersebut. Membuat sebuah premis yang kuat, spesifik dan singkat akan
sangat membantu ketika kita meleburkan premis kita tersebut ke dalam
lembaran-lembaran indah novel kita.
Berikut contoh
premis dari sebuah film yang baru tayang di bioskop baru – baru ini dan telah mengantarkan,
Leonardo Dicaprio untuk pertama kalinya meraih piala Oscar, The Revenant. The
Revenant diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama yang ditulis dengan
apik oleh Michael Punke.
“The Revenant berkisah tentang seorang Pemburu
bernama Hugh Glass di tahun 1820 yang harus berhadapan dengan kerasnya medan
perburuan. Suatu ketika dia melakukan sebuah perburuan bersama beberapa
temannya yang membuatnya diserang oleh seekor beruang Grizzly hingga
mendapatkan luka yang sangat parah dan hampir mati. Teman-temannya sesama
pemburu kemudian merampok dan meninggalkannya tanpa memberi bantuan yang
seharusnya. Hugh Glass kemudian mampu
bertahan hidup berkat kegigihan dan
keinginannya untuk membalaskan dendamnya kepada teman-temannya yang
telah mengkhianatinya. Dalam usahanya tersebut, Hugh Glass menemui begitu
banyak rintangan dan hambatan namun tetap tak menyurutkan sedikitpun niatnya
untuk membalas dendam.”
Ingin
tahu contoh lain dari premis? Silakan klik sini.
Berikut beberapa tips dalam menulis
sebuah premis :
1.
Buatlah premis yang
kokoh, spesifik dan singkat alias sebuah premis yang cerdas
Premis adalah ide besar
yang mewakili keseluruhan novel kita. Buatlah sesingkat mungkin namun menggambarkan
keseluruhan isi novel kita. Bangunlah yang spesifik dan tidak terlalu umum.
Terlalu umum akan membawa kita melebar kemana-mana dan novel kita sulit untuk selesai.
2.
Fokus dan tetap
konsentrasi pada tujuan utama penulisan cerita
Walaupun ketika menulis
novel, kadang-kadang timbul ide-ide lain untuk membumbui novel kita, tapi
tetaplah fokus pada ide dasar dan tujuan penulisan novel kita. Penguatan ide
cerita boleh dilakukan namun tetaplah konsisten dengan ide dasarnya.
3. Buatlah penokohan
karakter utama dengan konflik besar yang dihadapinya serta gambaran penyelesaian
dari konflik tersebut.
Tokoh utama yang kita
buat biasanya menggambarkan pekerjaan dan karakter utamanya, misalnya pada
contoh premis di atas, tokoh utamanya adalah seorang pemburu yang sangat gigih
dan kuat.
Konfliknya adalah
keinginan tokoh utama tersebut untuk membalas dendam pada pengkhianatan
teman-temannya.
Penyelesaiannya silakan
nonton sendiri filmnya atau baca sendiri novelnya ya.
Setelah
kita membuat sebuah premis yang kuat, maka di dalam novel, kita harus
membuktikan premis tersebut. Semua hal yang tidak berhubungan harus kita buang
dan hanya masukkan unsur pendukung. Jika
kalian ingin mendapat bimbingan lebih lanjut tentang premis hingga menjadi
sebuah novel, sila klik infonya di sini ya.
Bisa jadi premis
kita akan sedikit mirip atau bahkan sama dengan novel-novel yang pernah ada, namun kekhasan kita
akan berbeda dalam cara pembuktiannya.
Jangan khawatir dan tetaplah menulis karena tidak akan ada karya yang sama
persis. Orisinalitas kita akan tetap
terlihat dalam gaya tutur yang
kita gunakan. Ketika sebuah premis
telah dibuat, maka tetap berpegang teguhlah kepadanya, karena premis ibarat ‘benang merah yang akan selalu membawamu
kembali’.
*******
Riawani Elyta
Risa Mutia
*langsung bookmark*
ReplyDeleteMakasih banyak utk ilmunya ya mbak ^_^
ReplyDelete